Seminar Nasional sekaligus silaturahim alumni IAIBN Tegal, selasa siang pukul 13.00 tepatnya di aula IBN. Seperti biasa dalam pembukaan dinyanyikan lagu Indonesia raya, kemudian lagu Ya Lal Wathon lalu mars IBN. Acara tersebut mengundang 200 peserta dari pihak luar kampus namun realitanya lebih dari 200 orang yang datang sehingga aula pun penuh bahkan ada beberapa orang yang berdiri.
Sambutan pertama oleh M. Fatkhurrohman, S. Pd ketua IKA IBN Tegal. Beliau menuturkan "bahwa seminar ini adalah seminar penting. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Harapan kami untuk kedepannya IBN bisa mempunyai pesantren." Sambutan selanjutnya dari rektor IBN Tegal Bapak Drs. H. Badrodin, M.S.I sekaligus membuka acara siang hari ini. Beliau mengatakan bahwa perguruan tinggi keagamaan bila sudah memiliki 10 program studi maka akan menjdi sebuah universitas. Di IBN tidak ada prodi politik tetapi kenapa kebanyakan alumni IBN terjun dibidang politik. Semoga ditahun yang akan datang IBN "Nanti IBN mungkin akan ada ilmu politik." Yang mana sasarannya adalah dengan peningkatan kualitas dosennya, menyisir bahwa dosen yang ada di IBN supaya mengawal mahasiswa dari radikalisme. Beliau juga menceritakan sejarah kampus IBN yang dulunya berada di masjid sekarang sudah punya gedung sendiri hal ini tentu saja membuat kita semua bersyukur terutama dari alumni IBN sendiri. Beliau juga mengatakan bahwa IBN substansinya adalah NU karena selalu Bhakti negara.
Acara selanjutnya adalah inti pembahasan yakni "Peran Perguruan Tinggi dan Pesantren dalam Kemandirian Ekonomi Menghadapi Era Disrupsi" yang dipandu oleh syamsul falah selaku moderator. Dari pak Aminudin ma'ruf selaku Staf khusus Presiden RI dan juga Ketua Umum PB PMII 2014/2016 dalam "Membaca anak muda membaca masa depan Indonesia" Beliau banyak menceritakan kondisi ekonomi dan beberapa lainnya. Dahulu seseorang bekerja dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 4 sore, kerja ditempat kantoran. Tetapi di era sekarang seseorang bekerja dengan cara berbicara sendiri dan melakukan sendiri. Kesimpulannya adalah ditengah resesi global denhan dinamika penduduk kurang kondusif. Usia produktif lebih banyak dibandingkan usia non produktif dimana pada usia produktif ini terutama orang-orang yang tinggal di desa ingin tinggal di kota. Padahal tidak semua usia produktif itu harus bekerja, karena semua mempunyai kreativitas sendiri-sendiri yang bisa dikembangkan di desanya untuk mencapai zaman keemasan. Jika semua orang di desa pindah ke kota maka Indonesia akan mengalami krisis ekonomi karena semuanya serba import, tidak ada yang mengurusi desanya. Kembali pada tema, lalu bagaimana caranya santri dari pesantren bisa berdaya saing dengan zaman sekarang eranya Disrupsi. Santri tidak hanya mencetak generasi yang islami saja tetapi juga supaya bisa mengembangkan bidang ekonomi. Kemudian tidak hanya mengembangkan sumber daya manusianya saja melainkan sumber daya alamnya. Nah caranya bagaimana? Caranya adalah setelah mengaji kita latih kerja teknologi sesuai dengan potensi masing-masing. Dimana pesantren-pesantren itu mau tidak mau harus mengubah metode ceramahnya meski itu secara bertahap supaya kita sebagai penikmat dakwah Islam tidak hanya belajar dari cara konvensional tetapi juga bisa lewat media entah itu dari Facebook, Instagram atau lain sebagainya. Dengan begitu kita bisa mengaksesnya dimana pun dan kapan pun serta kita juga bisa menyimpannya di galeri smartphone kita. Hal itu menunjukkan bahwa generasi yang sekarang lebih cenderung suka dakwah Islam yang dengan durasi paling tidak 1-3 menit tetapi materinya nyampe di hati kita sehingga mudah di sampaikan dan juga mudah dipahami. Nanti kalau Tegal ada apartemen segera bikin apartemen NU dan lain sebaginya. Karena lahan semakin sedikit tapi orangnya semakin banyak. Nah ada lagi pertanyaan " bener ngga sih kota itu tempatnya anak pemuda? Kenapa pemuda tidak membangun desanya saja, menciptakan kelompok-kelompok kreatif di desa. Disisi lain kita berada di era millenial yang mana interaksi sosial juga berkurang. Tetapi positifnya adalah bukan tentang mampu atau tidaknya tetapi tentang mau atau tidak untuk bisa menjadi sukses. Yang hari ini masih kuliah adalah generasi Z, milenial dan pasca melinial. Dalam acara kali ini generasi pasca millenial lebih mendominasi. Artinya, kalau semuanya pengin produktif, generasi angkatan kerja maka akan menjadi modal yang luar biasa yang akan membawa ke generasi emas. Nah sekarang bagaimana supaya generasi unggul jangan ada yang pindah kekota. Kita 70% akan masuk kedalam kelas menengah ekonomi. Jadi rata-rata ditahun 2045 nantinya akan mendapat 25 juta gajinya dalam sebulan. Di akhir pembahasan menariknya beliau mengaku bahwa beliau menjadi staf khusuus karena pensiun.
Selanjutnya dari Muhammad Jumadi, ST, MM selaku wakil wali kota Tegal. Dalam sambutannya beliau membahas tentang makna dari judul yang diangkat kali ini. Disrupsi sendiri merupakan gangguan atau masalah yang mengganggu suatu aktifitas sedangkan Disrupsi 4.0 diartikan sebagai perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi dan "Internet of Thing". Disruptive innovation merupakan inovasi yang menciptakan pasar baru dan jaringan nilai yang akhirnya mengganggu pasar dan jaringan nilai yang ada, menggantikan perusahaan, produk, dan aliansi pasar terkemuka yang sudah mapan. Adapun fenomena efek disrupsi misalnya media yang diapakai dulu adalah media cetak menjadi menggunakan media online/situs berita, kemudian transportasi ojek pangkalan menjadi ojek online, mall/ pasar tradisional menjadi toko online (e-commerce), pendidikan dulu ada bimbel atau les menjadi aplikasi bimbel online, dan lain sebagainya. Kemudian Perguruan Tinggi Islam dan Pesantren di Indonesia ada 2 dimensi sistem pendidikan berbasis agama (Islam) yakni sistem tarbiyah dan sistem ta'limiyah. Dimana orientasi dari sistem tarbiyah adala aspek batin, ranah spiritual dan untuk sistem ta'limiyah orientasi aspek lahir, ranah skill intelektual. Peranan Perguruan Tinggi Islam dan Pesantren dalam mengahadapi era disrupai 4.0 terdapat 5 tujuan asasi Perguruan Tinggi:
1. Membentuk akhlak mulia
2. Bekal kehidupan dunia dan akhirat
3. Mengembangkan ruh ilmiyah (scientific spirit) dan memuaskan rasa ingin tahu (curiosity)
4. Menyiapkan pelajaran dari segi profesional, teknis, dan perusahaan suapaya dapat menguasai profesi tertentu
5. Persiapan mencari rejeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
Menyongsong pendidikan Islam 4.0 dengan:
a. Disruptive mindset yakni mindset disetting secara tidak langsung oleh teknologi sendiri. Kecepatan respon sangat berpengaruh terhadap user(mindset).
b. Self-driving yaitu Organisasi yang baik memiliki SDM bermental pengemudi yang baik bukan penumpang. Untuk self driving berarti tergantung leadernya dalam hal apa pun.
c. Reshape or Create. Dulu ada Nokia, Kodak dan sekarang bangkrut. Gojek sendiri pertama launching ada 5 driver. Regulasi mengkuti perkembangan sendiri. Teknologi menjadi faktor penentu untuk waktu sekarang.
Adapun strategi menghadapi era disrupsi diantaranya:
1. Jangan pernah merasa puas, kamu tau roda mobil selalu beputar, saat roda kamu bergerak cepat maka kamu akan selalu diatas. Berbeda dengan mereka yang bergerak lambat mereka lebih terasa rasa dibawahnya.
2. SDMnya harus kompetitif, skillnya juga.
Ponpes menuju industri 4.0
1. Pendidikan kewirausahaan bagi santri dan masyarakat sekitar ponpes.
2. Mengembangkan bidang usaha ponpes dengan mitra usaha yang produktif dan professional.
3. Optimalisasi ponpes sebagai basis komunikasi, pencetak ekonomi berbasis syariah.
4. Peningkatan akuntabilitas, untuk membuka hubungan dengan lembaga keuangan syariah ( perbankan, venture capital, dsb).
5. Pengguanaan teknologi informasi.
Saatnya sesi tanya jawab nih.
1. Ma’adah: alumni IBN 2007 aktif, sehubungan dengan tema kita kali ini, persoalannya adalah ada beberapa desa di Tegal yang artinya ketika hari ini bisa disinkronkan dengan disrupsi yang kita hadapi adalah perempuan yang tidak bsisa memakai teknologi, pendidikannya dibawah rata-rata, dan lain sebagainya. Langkah apa yang bisa dilakukan sebagai pendamping desa. Kira-kira apa yang bisa diberikan negara untuk kita? Kemudian ketika santri dituntut sebagai santri yang millenial kok mereka ngga boleh bawa hp, kira-kira ada tidak formula yang bisa dipakai untuk menangani hal-hal ini. Lalu keberpihakan pemerintahan Jokowi kepada perempuan itu bagaimana?
2. Pak zaki: berbicara tentang seminar dengan tema disrupsi . Yang menjadi masalah adalah implementasi era disrupsinya. Setelah penyampaian dari bapak wakil walikota tentang orang Tegal orangnya deso. Bagaimana bapak menanggapinya di era digital ini?
3. Alumni 2007 yang sekarang menjadi ketua PBSI kab. Brebes: sebagai pendidik Islam, saya melihat para remaja-remaja yang dijalanan itu membeli miras dan mengkonsumsinya sekaligus dengan pil di toko-toko. Bagaimana caranya supaya remaja terutama remaja islam tidak terpengaruh akan hal itu.
1. Dari bapak wakil walikota.
Orang Jepang meriset makanan khas indonesia, dari intip ke rengginang dan memodifikasi di negara mereka dengan kemasan yang lebih menarik kemudian dijual dengan harga yang lumayan tinggi.
Saran dari beliau sebagai pendamping Jangan berputus asa tinggal.
2. Bapak wakil wali kota, bapak bisa mensuportnya, memanfaatkan teknologi. Universitas yang bagus yaitu contohnya mahasiswa yang nyontek langsung di DO. Tambahan dari pak Aminudin, "Dalam kampus diterapkan nilai-nilai kejujuran diutamakan"
3. Pak Aminudin Maruf
Teknologi bukan barang susah, yang jadi masalah adalah ekosistemnya. Untuk UKM desa-desa itu bisa terakses. Kita akan buat tempat dari mulai akses permodalan , pelatihan SDM, produknya, perizinannya, marketnya ada, iventnya ada disitu. Jateng sudah mulai, ada di kota lama. Semarang ada beberapa space yg diresmikan sebagai tempat pelatihan. Prinsipnya jangan lagi banyak tau tentang sedikit hal daripada sedikit tau dari tentang banyak hal. Ini zamannya sudah zaman spesialisasi, kolaborasi. Tanggung jawab kepolisian dan tokoh agama untuk memberi binaan terhadap generasi yang sekarang dengan remaja yang mengkonsumsi miras dan obat-obatan terlarang.
Di akhir acara siang ini ada pesan dari Aminuddin Ma’ruf "Negara sudah terbuka, mau yang dari Tegal, papua dan lainnya mempunyai Kesempatan yang sama. Artinya kembali dari diri kita, untuk bisa mengembangkan skill, kualitas diri, dan lain sebagainya.
Oleh: Asbiq Malaya