Aku adalah orang yang lebih dulu percaya kepadamu
Aku percaya bahwa kau tak akan pergi dariku
Semua upaya yang kau lakukan adalah baik untukku
Lelahmu dan keringatmu pula
Sungguh aku mempercayainya
Engkau duduk di atas sana
Di singgasana
Dengan kawan, kau berbicara pakai logika, ya?
Berpihak pada manusia yang penuh derita
Kulihat itu bagus
Namun tidak semuanya bagus
Engkau di sana berjabat tangan
Seolah-olah kau dan dia satu pedoman
Kau dan dia satu pandangan
Tiga kata yang amat menyesakkan
Adalah kau, dia, dan satu pandangan
Kau dan dia menjadi mereka
Kalau ditanya kemana bla bla bla
Jawaban yang diberi seolah lupa
Sekilas aku berpikir begitu
Benar tidaknya bukan urusanku
Kan aku manusia, bersuara adalah hakku
Semuanya sepakat begitu
Adalah suara untuk mau terbuka
Kita adalah manusia yang sama
Sama-sama dilahirkan di negeri tercinta
Oh ya… Malam begitu syahdu
Gemricik suara air kian merdu menusuk kalbu
Kucing loreng bermimpi di atas perahu
Ia nyaris terjatuh kedasar laut biru
Kecil harapannya ia dapat dibantu
Suaranya nyaris tak terdengar di segala penjuru
Lemas dan tak berdaya
Kiranya hari itu cukup sudah derita untuknya
Tidak lagi untuk esok ataupun lusa
Untuk kau yang sudah menjadi mereka
Prasangka baik sedang ku coba
Sebuah usaha merangkai kata
Meski bukan lagi menjadi kata mutiara
Mutiara yang selalu bersinar dan berharga
Alaaaahhh.. ini bukan tentang mutiara yang bersinar
Ini tentang aku, kamu dan kita manusia yang hidup di kondisi api masih terbakar
Mungkinkah ada angin yang sangat besar
Besar jasanya untuk tidak membawa kawanannya untuk bersepakat dengan api?
Sungguh aku memercayaimu
Namun itu dulu
Sekarang aku termangu
Entah seperti apa jadinya negeriku
Bila semua manusia melihat dunia dengan kehendak nafsu
Penulis : Asbiq Malaya