LPM Tanpa Titik melaksanakan Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) pada hari sabtu-minggu tanggal 14-15 November 2020. Pelatihan tersebut diikuti oleh anggota LPM Tanpa Titik dan beberapa peserta dari LPM lain. PJTD bertemakan “Menumbuhkan Pers Mahasiswa yang bersikap adil, awas, dan kritis namun jangan cepat memvonis. Adanya pelatihan tersebut guna untuk menjadikan kader Pers Mahasiswa yang mengetahui lebih mengenai kejurnalistikan dan mengulik lebih dalam dunia Pers serta kepenulisan. Kegiatan dilakukan selama dua hari dimulai pada sabtu 14 November 2020 sampai pada hari minggu 15 November 2020. Acara dibuka oleh pembina LPM Tanpa Titik yaitu Zaki Mubarok.
“Kalian yang berada di sini adalah orang-orang istimewa dan calon jurnalis yang hebat dan mumpuni dalam berorganisasi, kita harus memiliki sikap yang berani dan saling bersatu sama lain, jangan selalu memandang kekurangan anggota, karena tidak akan ada ujungnya apabila hal itu dilakukan” tutur Zaki Mubarok.
Selain itu, ketua pelaksana kegiatan dan Pimipinan Umum LPM Tanpa Titik juga memberikan sambutan. Mereka mengapresiasi dan ucapan terima kasih kepada panitia dan peserta serta semuanya yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Pada hari sabtu kegiatan diisi dengan materi-materi mengenai kejurnalistikan. Materi tersebut meliputi Sejarah Pergerakan Pers yang disampaikan oleh Syafei Pahlevi, beliau adalah pegiat literasi dan jurnalis. Dilanjutkan dengan materi Jurnalisme Dasar dengan pengisi materi Prasetyo Aji selaku SEKJEND PPMI DK-Pekalongan, Jurnalistik Dasar oleh Dwi Ariadi selaku ketua PWI Tegal, pemateri selanjutnya yaitu analisis visual disampaikan oleh Hari Nugroho selaku HUMAS PEMDA Kabupaten Tegal. Dilanjutkan dengan materi terakhir yaitu analisis sosial dan media disampaikan oleh Fathul Barry Luay, ia adalah aktivis PMII dan pegiat beberapa organisasi. Materi tersebut diberikan kepada peserta PJTD dan didiskusikan oleh mereka.
Sabtu malam, tamu undangan dari LPM se DK-Pekalongan menghadiri kegiatan tersebut, selain mereka juga ada dari dulur-dulur UKM lainnya. Para tamu undangan mengikuti sarasehan dan hiburan pada malam hari tersebut. Teater Cebong menampilkan teatrikal dan musikalisasi bertema Karawang Bekasi, kemudian beberapa dari LPM lain juga menampilkan karyanya, seperti puisi dan lain-lain. Acara dilanjutkan dengan sharing pengalaman dan cerita.
“Jurnalistik bukanlah sebuah hal biasa, tetapi merupakan hal yang luar biasa. Dalam kejurnalistikan bukan hanya ada penulisan saja, namun banyak juga pelajaran dan pengetahuan yang dapat diambil. Seperti halnya fotografi, dokumenter, desain grafis, dsb. Dalam LPM juga banyak hal-hal yang perlu dilatih, misalnya saja untuk melatih mental yang kuat, serta menumbuhkan keberanian tersendiri” kata Prasetyo Aji.
“Saya masuk LPM sebenarnya awam sekali dengan dunia kepenulisan, tetepi karena saya menyukai dunia fotografi maka saya tertarik bergabung kedalamnya, dan saya menyukai dunia desain grafis akhirnya saya bergabung dan mengikutinya sehingga menciptakan kenyamanan tersendiri” sambung Mustofa, anggota LPM Suara Kampus UNIKAL (Universitas Pekalongan).
“Di LPM saya menemukan banyak keberanian tersendiri, keberanian dalam mengkriitk, menganalisa dan berbicara. Dalam Pers Mahasiswa banyak saya temukan teman-teman yang sepertinya gila, namun mereka berada dalam jalan yang benar. Saya berada dalam LPM Prapanca hanya terdiri dari 4 anggota, dan mereka sangat kompak serta bersemangat. Maka untuk kalian anggota LPM Tanpa Titik tetap bersemangat dan terus melangkah dalam dunia Pers Mahasiswa” lanjut Sukrad anggota LPM Prapanca.
Dalam sesi sarasehan banyak dari tamu undangan yang memberikan pengalamannya dalam mengikuti Pers Mahaiswa. Mereka juga memberikan banyak kesan dan pesan dalam berorganisasi.
Minggu pagi peserta diberikan ruang untuk melakukan praktik langsung ke lapangan untuk berwawancara lalu menuliskannya. Dimulai dari pukul 08.00 – 13.00 mereka melakukan praktik lapangan dan kembali ke tempat pelatihan. Peserta melakukan wawancara ke sektor ekonomi dan sosial. Beberapa ada yang melakukan wawancara ke pasar Trayeman dan ada juga yang ke pekerja informal seperti pengamen atau tukang parkir. Setelah itu, mereka mengemas data wawancara menjadi sebuah tulisan berbentuk opini maupun reportase, kemudian mempresentasikan hasilnya dan dievaluasi oleh panitia pelaksana. Acara dilanjutkan dengan penutupan dan pemberian penghargaan untuk peserta terbaik dalam PJTD. Penghargaan diberikan kepada Lutful Hakim. Acara ditutup dengan ikrar peserta PJTD dan doa bersama. Kegitan berjalan dengan lancar dan khidmat. Harapannya PJTD menjadikan proses pengkaderan yang baik, menumbuhkan semangat baru dan semangat yang terus berlanjut, serta menumbuhkan Pers Mahasiswa yang bersikap adil, awas, dan kritis tapi jangan cepat memvonis.
Penulis : Syifa
Editor : Salisa