Pict : Kumparan.com |
Pentingnya Dopamine
Detox
Apa
yang dilakukan saat kita merasa lelah atau bosan akan rutinitas yang telah kita
lakukan? Pastinya kita akan lari untuk mencari hiburan. Seperti menonton film, main game, bersosial media atau hal-hal lain yang
membuat kita merasa senang. Namun pernahkah kita sadari hal tersebut justru
membuat kita menjadi pecandu. Tidak ada yang salah dengan teknologi internet, justru
dengan internet semuanya dimudahkan. Bahkan saat ini internet seperti sudah
menjadi makanan pokok semua orang. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana
kita menggunakannya dengan benar. Apabila internet digunakan secara salah,
tidak hanya menghabiskan waktu saja secara percuma, melainkan juga akan merusak
otak dan menghancurkan hidup kita. Kita akan menjadi seorang pemalas luar biasa, cepat bosan, tidak fokus, tidak pandai bersyukur, selalu sibuk dengan
hal yang tidak penting dan tidak merasa bahagia. Hanya dengan satu klik saja, kita
telah menuju adiksi akses untuk mendapatkan akses kesenangan instan. Setiap
kali kita bermain game, nonton film, bersosial media, browsing tanpa tujuan
yang jelas, buka youtube terus menerus, hal tersebut secara tidak sadar telah membanjiri
otak kita dengan dopamin. Dua jam bermain game tak terasa lama, tapi 5 menit
belajar langsung sakit kepala. Hanya melalui sentuhan jari di handphone itu adalah eskapisme kita. Kapan terakhir kamu beranjak tidur tanpanya? kapan
terakhir kamu bersenang-senang tanpanya? sekarang coba bayangkan, suatu hari
kamu tidak dapat mengakses internet atau menggunakan gadget kesayanganmu apa
yang akan terjadi padamu? pastinya kita merasa ada yang kurang dalam hidup
kita. Disitulah kita belajar, bagaimana kita menyelesaikan masalah.
Lalu
bagaimana solusi untuk menghadapi hal tersebut?
Semua
jawaban ada pada kebiasaan yang kita lakukan setiap harinya. Untuk membangun
kebiasaan yang baik (habits of mind)
kita dapat melakukan dopamine detox. Dopamin sendiri adalah hormon yang
bertanggungjawab terhadap sensasi senang dalam otak kita, bersama serotonin,
endorfin dan oksitosin. Dopamin dijuluki sebagai “happy hormones” atau hormon kebahagiaan. Dopamin juga erat kaitannya
dengan motivasi dan hasrat untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Saat
kita merasa bahagia otak kita dibanjiri oleh dopamin, tak peduli kita melakukan
hal yang sulit atau yang mudah. Contoh saat kita berolahraga menghasilkan
dopamin, bermain game menghasilkan dopamin, bercanda dengan teman menghasilkan
dopamin, nonton video yang lucu menghasilkan dopamin, pencapaian karir atau
bisnis menghasikan dopamin, nonton video orang pamer kemewahan sembari
membayangkan kita disana juga menghasilkan dopamin, dan sekali lagi jika ada
pilihan yang lebih mudah mengapa kita harus melakukan hal yang susah? tapi
sayangnya semua itu pada akhirnya membuat kita tidak lagi menghargai proses dan
merusak sistem reward dalam otak kita. Sebab reward tidak datang dari
serangkaian usaha (effort) dan rentetan
waktu (time), melainkan dapat
diperoleh setiap kali dibutuhkan hanya dengan ujung jari saja. Padahal hidup
tidak semudah naik level di mobile legend, tidak seindah newsfeed orang liburan di Instagram, tidak seromantis drama korea,
tidak selucu prank di Youtube. Semuanya tidak seperti itu, tapi memang mungkin
kita sudah menjadi pecandu yang selalu sakau dengan kebahagiaan dan pencapaian
yang semu. Maka tidak heran bila instan adalah new normal, tidak sabaran, tidak
fokus, selalu merasa jenuh, tidak pernah puas atau terlalu gampang puas, tidak
pandai bersyukur, malas untuk hal yang lebih penting tapi kelewat rajin untuk
hal yang tak berguna. Maka dari itu perlunya dopamine detox.
Jadi
dopamine detox yaitu memperbaiki sensor yang ada pada sistem otak kita. Saat
motivasi hilang dan semangat luntur, kita tidak lagi menghibur diri kita dengan
eskapisme berupa dopamine hit seperti yang biasanya kita lakukan. Kita tidak
lagi memberikan reward setiap saat, biarkan dirimu menjadi bosan. Dengan
membiarkanmu bosan, secara tidak sadar kamu akan membiarkan otakmu mereset
dirinya. Kamu akan menjadi sangat bosan, sehingga hal-hal yang sebelumnya kamu
anggap begitu membosankan, hal-hal yang justru lebih penting sebetulnya perlu
kamu selesaikan perlahan berubah menjadi menyenangkan. Beberapa hal yang perlu
dikurangi atau bahkan dihilangkan adalah sosial media, game, netflik, musik,
youtube, berita online, gosip dll. Bukan berarti kita tidak boleh menggunakan
internet, boleh, namun harus perlu diperhatikan.
FOMO
(Fear Of Missing Out) takut
tertinggal sesuatu tetapi malah meninggalkan mimpi kita sendiri. Internet ibarat
seperti pisau, tergantung bagaimana pada penggunanya. Dapat digunakan untuk
memotong atau membunuh. Apabila kita berfikir sambil merasa baik-baik saja dan
berkata bahwa hidup-hidup saya, waktu-waktu saya yang terpenting tidak
melanggar hukum. Justru itu pemikiran yang salah, ternyata hal tersebut dapat
mengubah seluruh hal dalam hidupmu. Dan tanpa kita sadari sejak kapan ia telah
merusak otak kita, membuat kita tidak
lagi bahagia dan tidak lagi mengejar apa yang sebenanya kita impikan karena
terlalu mementingkan kebahagiaan instan daripada menyelesaikan masalah. Maka
kita perlu berubah, caranya adalah dengan menyingkirkan gangguan dan
memperbaiki fokus. Sehingga hal penting yang terlihat bosan untuk dikerjakan
tak akan lagi terlihat bosan dan tujuan yang kita ingin capai ternyata tak sejauh
itu. Kita pun dapat mengembalikan hidup kita.
Janganlah Kau
Letakkan Kebahagiaanmu di atas ujung Jarimu.
Penulis : Salisa Mufidah