Kanjeng Nabi dan
Hari Senin
Pict : Pinterest |
Jika
kita ditanya siapa sosok paling mulia, dan juga mempunyai kepribadian yang dipenuhi dengan makarimil
akhlak? Namanya pun sudah
diperbincangkan sebelum kelahiran dan-apalagi-setelah wafatnya, siapakah yang
dimaksud? Maka jawabannya
sudah pasti Nabi Muhammad.
Bahkan seorang astrofisikiawan asal Amerika Serikat, Michael H. Hart
pada tahun 1978 menulis buku bertajuk 100 A Rangking Influential In History.
Buku ini membahas 100 peringkat orang paling berpengaruh dalam sejarah. Yang
menarik ia menempatkan nama Muhammad di peringkat pertama, dan yang mengejutkan
ketika mengetahui bahwa keyakinan yang dianutnya adalah nasrani.
Masyarakat
pada umumnya, ketika memanggil orang yang istimewa tidak akan hanya menyebut
namanya. Begitu juga orang-orang di Jawa. Pulau yang masuk kategori 5 pulau
terbesar di Indonesia ini juga mempunyai cara memanggil Nabi Muhammad. Orang paling istimewa. Orang
Jawa wa bil khusus masyarakat kampung dan pondok pesantren lebih sering
menyebutnya dengan Kanjeng Nabi Muhammad. Berjalannya waktu, sering juga dengan
ikhtisar menjadi kanjeng nabi.
Karena
penulis juga termasuk orang Jawa, laa siyama pernah 'nangkring'
di pondok pesantren, akhirnya
untuk selanjutnya, penulisan Nabi
Muhammad akan menggunakan diksi kanjeng nabi.
Kemuliaan
dan keberhasilan kanjeng nabi membuat banyak orang mengkaji beliau lebih
lanjut.
Baik
yang mengimaninya (baca; mukmin) atau yang tidak. Ada yang menulis dari sisi
kemanusiaannya, kemukjizatannya, kecerdasannya, sejarahnya dan sifat lainnya.
Seperti Muhammad Sang Pembebas karya Abdur Rahman Asy Syarqowi yang
melihat kanjeng nabi dengan kemanusiaannya, Sejarah Otentik Nabi Muhmmad SAW
karya Prof. Dr. Husain
Mu’nis yang dalam tulisannya
memperhatikan metode kesejarahan dan metodologis ilmiah, ISLAM : A Short History karya Karen Armstrong
Seorang penulis dan peneliti yang menulis buku Sejarah Tuhan, dan masih
banyak lagi.
Setiap
orang dengan prestasi yang gemilang dengan cepat maupun lambat akan diketahui
biografinya, tak terkecuali hari kelahiran kanjeng nabi. Yakni hari Senin. Hari
yang mempunyai nilai tersendiri dalam sejarah kehidupan kanjeng nabi dan
syariat Islam.
Sudah
menjadi pengetahuan yang umum mengenai adanya perselisihan pendapat lintas
ulama tentang tanggal kelahiran nabi. Dalam beberapa literatur klasik ada 4
anggapan yang masyhur, Yakni tanggal 2,8,10, dan 12. Dan masih ada lagi yang
pembahasannya diperlebar dilain catatan.
Berbeda
dengan tanggal yang masih di perselisihkan oleh ulama adalah hari kelahiran
nabi. Hal tersebut juga karena didukung oleh data yang terawat dari zaman
kanjeng nabi sampai al aan (baca; sekarang) dengan seleksi yang sangat
ketat. Atau yang akrab disebut dengan hadis nabi.
Dawuh
kanjeng nabi yang penulis maksud adalah ketika beliau ditanya oleh sahabat
tentang puasa Senin. Kanjeng nabi menjelaskan “Hari tersebut merupakan hari aku
dilahirkan, hari aku diutus, dan hari diturunkannya Al-Qur’an kepadaku.” Dialog tersebut
terawat dalam kitab sohih muslim. Yang juga menjadi landasan hukum
disunnahkannya puasa di hari Senin.
Pernyataan
kanjeng nabi diatas sekaligus menjadi hujjah ulama bahwa diturunkannya
wahyu pertama kali adalah hari Senin.
Hari
Senin dalam beberapa literatur klasik juga disebut sebut sebagai hari wafatnya
nabi. Menurut riwayat sebelum wafatnya, Kanjeng nabi mengalami sakit kepala dan
demam tinggi. Kanjeng nabi mulai sakit pada 29 Shafar tahun 11 Hijrah. Kondisi
itu terjadi selama belasan hari. Nabi mengalami sakit yang sampai membuat
beliau mengeluh. Nantinya mengeluhnya kanjeng nabi ini akan menjadi sebuah ilmu
tersendiri. Tentu melewati ijtihad dan kejelian berpikir dari ulama. Meskipun
demikian, kanjeng nabi
beberapa kali masih sempat mengimami shalat berjamaah.
“Tidak
ada makhluk hidup di dunia ini yang lahir dan wafatnya sama kecuali Nabi
Muhammad SAW," kata KH Sya’roni Ahmadi seperti dikutip laman NU Online.
Di
hari Senin juga diperlihatkannya Amaliah kita dihadapan Allah SWT.
Kanjeng
nabi pernah bersabda ; "Amal itu diperlihatkan pada hari Senin dan hari
Kamis. Aku gembira sekali amalku diperlihatkan saat aku sedang berpuasa".
HR Turmudzi dan lainnya.
Hadratussyaikh
Hasyim Asy'ari, ulama kharismatik yang sering diminta nasehatnya oleh Bung Karno, dalam irsyadul mukminin
juga menyebut hari kanjeng nabi hijrah dari Mekkah adalah hari Senin. Pun,
ketika sampai di Madinah juga hari Senin 12 rabiul awal.
Data
diatas tidak dapat dipastikan mewakili realitas kehidupan kanjeng nabi dan hari
Senin. Namun, setidaknya dapat menumbuhkan semangat mencintai dan memahami
kanjeng nabi fiddunya waddiin.
Penulis : Lutful Hakim