Teater Cebong Sukses Tampilkan Pentas Produksi
Pertama
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Cebong menyelenggarakan Pentas Produksi
ke-1 pada Sabtu (13/11) di halaman kampus IBN Tegal. Pementasan ini mengambil
judul “Robohnya Surau Kami” yang diadaptasi dari cerpen fenomenal karya A. A.
Navis. Bukan tanpa alasan mereka mengambil tajuk tersebut. Banyak pesan-pesan dakwah
yang harus disampaikan. Salah satunya yaitu, selain hubungan dengan Tuhannya, manusia
juga harus menyeimbangkan hubungan dengan sesama untuk saling membangun
kemanfaatan.
Latar belakang diadakannya acara ini yaitu karena sudah menjadi cita-cita
para anggota Teater Cebong terdahulu yang belum sempat terealisasikan. Dan juga,
dalam komunitas teater, pentas produksi merupakan final dari segala kegiatan
latihan yang dilakukan.
Acara ini ditujukan untuk umum, baik mahasiswa, dosen, maupun masyarakat. Selain
itu, ada pula tamu undangan, seperti para komunitas teater di Kabupaten maupun Kota
Tegal, Ormawa IBN Tegal, Alumni, serta beberapa seniman di Tegal dan
sekitarnya.
Acara diawali dengan pembukaan oleh MC yang dilanjutkan penampilan musik
dari Faisal Bakhri dan Salma
Nabila. Kemudian, masuk pada acara inti, yaitu pementasan. Pementasan yang
menceritakan kisah hidup seorang kakek penjaga surau ini berlangsung selama
kurang lebih satu jam dan berhasil membawa para penonton larut pada penampilan
pemain. Tak hanya pemain, penataan cahaya serta iringan musik pun berhasil
tampil dengan apik. Pementasan yang disutradarai oleh Faiz Gemblong tersebut
berjalan dengan meriah dan mampu menjual kurang lebih 300 tiket. Acara kemudian
dilanjutkan dengan bedah karya yang dipandu oleh Khusnul Aqib dan menghadirkan Faiz
Gemblong serta Apito Lahire sebagai narasumber.
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Sebagai sutradara, Faiz mengaku terkesan dengan penampilan dari Teater
Cebong yang telah mengerahkan tenaga dan upayanya sehingga dapat terlaksana
pementasan tersebut. Ia juga berharap, agar Teater Cebong bisa menjadi satu UKM
yang unggul dalam kampus, dan dalam dunia teater maupun kesenian bisa mencapai
ranah nasional.
Sependapat dengan Faiz, Apito Lahire pun terkesima atas penampilan dari
Teater Cebong. Ia mengungkapkan, hal ini dapat menjadi stimulus rangsangan untuk
para komunitas teater wilayah Tegal raya, bahwa teater tidak dibatasi dengan sebuah
fasilitas yang masih terbatas. Serta dapat menjadi batu loncatan untuk pentas
selanjutnya.
“Semangat, jangan menyerah. Hari ini sudah baik, hari depan harus lebih
baik lagi” ujarnya.
Selain pementasan teater, acara tersebut juga menampilkan pameran lukisan
yang digelar oleh komunitas Tegal Tongkrongan Corat-Coret (TTCC). Lukisan dipajang
di sepanjang jalan masuk menuju halaman pementasan.
Salah satu penonton, Anjas Pangestu, mengatakan bahwa unsur spiritual pementasan
sangat kuat. Kritik sosial dimana sampai hari ini, masyarakat Indonesia masih
mengagungkan fanatisme beragama, mengatakan dirinya yang paling benar, paling
punya hak untuk masuk surga, dekat dengan Tuhan. Namun, itu semua terbantahkan
oleh pertunjukan Teater Cebong malam itu.
“Sayangnya, bagian panggung pada saat pementasan kurang tinggi. Jadi penonton
yang dibelakang kurang terlihat”, ucapnya menambahkan.
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Pementasan tersebut membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk persiapannya
yang dimulai sejak bulan Agustus lalu. Pentas direncanakan akan digelar pada
bulan Oktober akhir, namun karena persiapannya yang belum matang, alhasil baru
bisa dipentaskan saat bulan November.
Solachudin Fajar Nurfadli sebagai Pimpinan Produksi mengungkapkan, terdapat beberapa kendala
menuju pentas produksi. Antara lain, faktor personil. Mayoritas tim adalah
perempuan. Sedangkan dalam pementasan, dibutuhkan tim untuk menata panggung, lighting,
musik, serta tempat penonton yang membutuhkan tenaga laki-laki. Jadi mau tidak
mau, perempuan juga ikut andil membantu. Kendala lain yang dihadapi yaitu
finansial. Kendati demikian, kendala tersebut dapat diatasi dengan baik,
sehingga Teater Cebong dapat tampil maksimal pada pementasan ini.
“Berkat dukungan dari semuanya, berkat rahmat Allah, semuanya bisa teratasi
dan pentas bisa terlaksana. Meskipun masih banyak kekurangan, kita merasa puas
atas kesuksesan pentas. Walaupun sebelum acara hujan dari sore, magrib, bahkan
sampai isya masih belum reda. Meskipun musim hujan, antusias penonton masih
tinggi, Alhamdulillah”, ungkapnya.
Penulis : Tim Redaksi