Diskusi Media Sosial ; Lawan atau Kawan?
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Rabu,
(1/12) – Seperti biasanya, LPM Tanpa Titik mengadakan rutinitas ngaji bareng
atau diskusi yang dilakukan setiap dua minggu sekali tepatnya pada hari Rabu.
Diskusi kali ini mengambil tema yang sangat menarik, yaitu "Sosial Media ;
Lawan atau Kawan?". Kegiatan dimulai pada pukul 13.00 - 17.00 WIB dengan
diawali membacakan surat Al-Fatihah untuk setiap niat yang baik agar diberkahi
dan diberikan kelancaran dalam
berdiskusi. Kemudian dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga
stanza. Setelah itu pembacaan muqoddimah secara bergilir oleh seluruh peserta
diskusi dan dilanjutkan pemaparan muqoddimah oleh dulur Malik.
Ia
menjelaskan, media sosial adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya
yang bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi blog, jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Namun demikian, remaja masa kini tak
jarang malah mengabaikan orang yang jelas berada di depannya dan lebih
mengindahkan handphone untuk melihat medsosnya. Dapat dikatakan, media
sosial menjadikan yang jauh terasa dekat, dan yang dekat menjadi jauh. Selain
itu, penggunaan fitur medsos masih banyak yang belum terfilter. Sehingga
terkadang, anak-anak secara tidak sengaja melihat postingan atau komentar yang
kurang sopan, lalu mempraktekannya. (Baca:mengucapkan bahasa yang tidak sopan).
Dari
pemaparan tersebut, muncul respon dari peserta diskusi yang lain. Dulur Khaerul berpendapat,
bahwa sangat diperlukan kewaspadaan dari orangtua mengenai penggunaan medsos
pada anak. Orangtua harus tau, kapan waktunya memberikan handphone
kepada anak. Dan jika sudah memberikannya, berarti orangtua juga harus siap
terima konsekuensinya.
Saat
ditanya "Menurut kalian, media sosial itu kawan atau lawan, sih?".
Rata-rata jawabannya adalah semua hal pasti ada dampak negatif dan positifnya.
Seperti halnya media sosial, terkadang bisa menjadi lawan, namun juga bisa
menjadi kawan. Tergantung control self masing-masing.
Kemudian,
muncul pertanyaan dari dulur Khaerul. Bagaimana cara menghilangkan
kecanduan bermain handphone pada anak kecil?
Dulur
Malik pun menjawab, menghilangkan kecanduan bermain ponsel pada anak kecil dapat dilakukan dengan cara
mengalihkan perhatiannya dari ponsel itu sendiri. Mengararahkan ke suatu hal
yang lebih menyenangkan, seperti bermain, belajar menulis, maupun menggambar.
Dulur
Arfia menambahkan, "Bisa juga anak tersebut diajak berinteraksi, seperti
mengobrol atau bercerita. Agar tidak selalu terfokus pada handphone."
Dokumentasi LPM Tanpa Titik |
Wah, diskusi semakin menarik saja dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan lain. Seperti pertanyaan dari dulur Dian, "Lalu, gimana sih, menjadikan sosmed itu kawan?."
Dulur
Vickar menanggapinya, "Sebenarnya ya sepintar-pintarnya kita saja. Banyak
cara agar sosial media bisa berdampak positif. Kalau menurut pengalaman
pribadiku sih, bisa menjadikan media sosial sebagai tempat untuk mencari
penghasilan".
Lalu
muncul pertanyaan lagi, dari dulur Rani. Ia bertanya, bagaimana cara
membatasi penggunaan medsos agar tidak berdampak negatif, dan tidak menjadi
lawan?
Caranya
yaitu, dengan membatasi penggunaan hp/medsos seperlunya (sesuai kebutuhan).
Puasa medsos, agar kita dapat lebih leluasa bersosialisasi di dunia nyata,
bukan hanya di dunia maya saja. Kemudian, mempunyai seseorang untuk mem back
up atau mengawasi kita saat bermain hp agar tidak berlarut-larut.
Pemaparan
singkat kemudian muncul dari dulur Azam, tentang bagaimana cara merubah
hidup agar tidak selalu bergantung pada media sosial. Yang pertama yaitu,
menyusun daily activity. Kemudian menjadi robot, dalam artian lakukan
apa yang menjadi kewajibanmu tanpa banyak pertimbangan dan pertanyaan. Jika
sekolah, maka diwajibkan untuk belajar.
Yang
kedua, setelah menjadi robot, lakukanlah cooling down atau sejenak
mendinginkan hati dan pikiran, paling tidak 4 jam. Kita dapat melakukan hal-hal
yang kita sukai, seperti memasak, menonton tv, menulis, atau lain sebagainya.
Dan
yang ketiga, optimasi. Lakukan apa yang
kamu tidak suka. Jika laki-laki, mungkin bisa dengan membersihkan kamar atau
melempit baju.
Dengan
demikian, hidup kita tidak selalu bergantung dengan media sosial.
"Bagaimana
menanggapi kemajuan teknologi dalam media sosial yang semakin maju?".
Salah satu peserta diskusi bertanya.
Ditanggapi
oleh dulur Lutful, bahwa kita harus mengikuti kemajuan itu. Karena tidak
dapat dipungkiri, sebagai manusia yang hidup di zaman modern ini, kita harus
selalu update dan jangan sampai gaptek atau gagap teknologi. Disamping itu,
harus punya struktur kepengurusan pada diri sendiri agar dapat mengatur waktu
dan tidak berlebihan dalam menikmati kecanggihan media sosial pada saat ini dan
saat yang akan datang.
Karena
waktu senja sudah menyapa, maka diskusi akhirnya ditutup dengan penarikan
kesimpulan oleh masing-masing peserta dan dilanjutkan dengan pembacaan sholawat
Maula Ya Sholli.
Penulis
: Rosiana