Gender dan Feminisme Dalam Series Layangan Putus

 Gender dan Feminisme Dalam Series Layangan Putus

Dokumentasi LPM Tanpa Titik

Diskusi rutinan LPM Tanpa Titik kali ini dengan suasana yang berbeda. Dari yang sebelumnya dilakukan di dalam kampus, kali ini dilaksanakan di TBM (Taman Baca Masyarakat) Lentera Cokroyudan. Persisnya di Jl. Cokroyudan, Bandasari, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Tajuk yang dipilih bersinggungan dengan film yang sedang viral “Gender dan Feminisme dalam series Layangan Putus”.

Diskusi yang bertepatan pada tanggal 27 Januari 2022 ini dimulai pukul 14:30. Diawali dengan membaca Alfatihah untuk kemaslahatan berjalannya diskusi, lalu menyayikan lagu Indonesia Raya tiga stanza bersama-sama.

Selanjutnya moderator mengajak dulur-dulur untuk membaca muqoddimah yang telah disiapkan. Di tengah berlangsungnya pembacaan muqodimah pun sudah ada respon emosional dari pembaca. Kemudian dulur Iin sebagai pemantik pembanding mengutarakan interpretasinya terkait film Layangan Putus. Menurutnya dalam film tersebut ada dua orang yang dirugikan, yakni Kinan dan Lydia. Kinan sebagai istri dari Aris dirugikan karena perselingkuhan, sedangkan Lydia sebagai perempuan simpanan aris dirugikan karena selalu diberi harapan palsu.

Setelah itu dulur Aqib selaku pemantik, sebelum masuk ke pembahasan film memaparkan boleh tidaknya poligami dan alasannya dalam perspektif Islam. Ia mengatakan bahwa Islam membolehkan berpoligami dengan maksimal menikahi 4 orang istri. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti ijin atau ridho dari istri yang akan dipoligami, darurat, serta mampu adil secara dzohir. Bersamaan dengan itu, pemantik memberi ruang kepada dulur yang lain untuk ikut berpendapat.

Tidak mau dipoligami, karena apapun yang terjadi jika sudah berakad, maka suami-istri harus bisa menerima kekurangan satu sama lain.” jawab dulur Ochi ketika ditanya pemantik mau tidaknya jika dipoligami.

Lain hal nya dengan jawaban dari dulur Iin. Ia mengatakan bahwa mungkin saja dirinya bersedia dipoligami jika dalam keadaan darurat, seperti belum juga mempunyai keturunan.

Pemantik juga bertanya kepada laki-laki, ketika mempunyai kemungkinkan untuk poligami, seperti mampu dalam finansial apakah akan melakukan poligami ?

“Tidak, karena repot” jawab dulur Vikar.

“Iya (akan poligami). Karena perempuan jika semakin bertambah umur, kemungkinan servicenya kurang dalam berhubungan intim”. Sambung dulur Ilwan.

Lalu, dulur-dulur diskusi yang dipandu pemantik mendefinisikan makna selingkuh, pelakor, dan hal-hal gender yang bersinggungan dalam film. Selingkuh merupakan hubungan cinta dengan lawan jenis yang tidak diketahui pasangan. Sedangkan pelakor merupakan kependekan dari Perebut Laki Orang, yang umumnya berlaku untuk perempuan yang berselingkuh dengan laki-laki yang sudah mempunyai pasangan. Orang yang memutuskan untuk selingkuh, mempunyai beberapa faktor, diantaranya kurangnya jalinan komunikasi dengan pasangan, rasa bosan, tidak bersyukur, dan juga yang terbanyak oleh dorongan nafsu seksualitas.

Dokumentasi LPM Tanpa Titik

Kemudian ada pemetakan faktor dan stigma yang dilayangkan kepada Lidya. Diantaranya adalah faktor budaya, pendidikan, narasi agama yang disalahpahami dan empirisme. Yang tak lepas dari cara pandang, menjadi perilaku, menjelma budaya, menjadi adat dan kemudian menjadi taqdir.

Setelah itu, pemantik mulai menanyakan pendapat teman-teman mengenai keputusan Lidya terlepas dari hukum moralitas. Apakah sikap Lidya dalam film itu benar atau salah.

Salah, karena sudah tahu Aris mempunyai istri kok tetap saja menjalin hubungan dengan Aris.” Jawab dulur Ochi.

Benar, karena Lidya tidak merebut suami orang. Dia justru mendukung Aris agar berkomunikasi dengan Kinan mengenai hubungannya dengan Lidya. Bahkan ia rela jika nantinya harus menjadi istri kedua Aris“ ujar dulur Zulfikar.

Salah, seharusnya dia tidak mendekati Aris. Sebagai perempuan, dia harus mengerti perasaan Kinan. Atau seandainya dia berada diposisi Kinan. Apalagi saat itu, Kinan sedang hamil tua.” Sambung dulur Iin.

Benar, karena mencintai seseorang tidak dilarang, toh antara Aris dan Lidya juga saling mencintai. Bukan satu mengejar yang lain. Pilihan Lidya untuk menjadi istri kedua juga pasti penuh pertimbangan yang tidak enteng”. Ujar dulur Amel.

Pemantik mengajak kembali melihat faktor dan stigma, yang pada akhirnya semua sepakat bahwa keputusan yang dipilih Lidya dalam film tidak bersalah.

Selanjutnya pemantik menanyakan perihal Aris dalam film. Jawaban dari dulur-dulur yang hadir, semua sepakat bahwa Aris tidak benar. Ada yang mengatakan karena Aris yang egois, miskomunikasi dengan Kinan, ada juga yang mengatakan Aris tipe laki-laki yang meyukai adrenalin.

Adapun untuk Kinan tidak ada yang berkomentar negative terhadapnya. Justru Kinan disebut perempuan pintar, elegan, dan tepat memilih keputusan.

Selain mengenai hal tersebut diatas, parenting dalam series Layangan Putus juga dianggap menarik. Tentang bagaimanapun permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga, agar tidak dibicarakan di depan anak. Serta mampu memilah mana yang pantas menjadi obrolan anak-anak, mana yanga tidak.

Setelah dirasa cukup, moderator kemudian memberikan kesimpulan bahwa struktur patriarkal masih menjadi budaya pada masyarakat kita saat ini. Tergantung bagaimana cara kita menykapinya kembali agar tidak bias gender itu seperti apa. Pengaruhnya dengan pendidikan, narasi keagamaan, perfilman, bahkan juga musik.

Waktu tak terasa menunjukan pukul 17:15. Diskusi pun ditutup dengan bacaan maulaayasolli wasaallim…

 

Penulis : Lutful

Editor : Rosiana

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama