Hai, perkenalkan
namaku Cecilia.
Kata ibuku,
namaku ini memiliki makna dan harapan yang baik untukku yaitu hidupku selalu
penuh dengan cahaya.
Tapi ternyata
itu salah, di kehidupanku ini hanya ada pertanyaan mengapa dan selalu mengapa?
Ya, aku selalu
bertanya-tanya mengapa mereka yang dekat denganku kini menjauh tanpa sebab?
Apakah aku punya
kesalahan hingga mereka menjauhiku atau apa?
Apakah
penampilanku aneh? Gaya bicaraku yang aneh? Atau sifat bahkan sikapku yang
aneh?
Itupun membuat
aku merasa jika jati diriku pun hilang dalam diriku. Bukan itu saja, orang lain
yang tak aku kenali tiba-tiba saja menertawakanku tanpa sebab. Jika sekali,
mungkin aku bisa memakluminya. Akan tetapi jika empat kali dengan suara tawa
yang sama, apakah aku bisa memakluminya?
Itu yang selalu
kupikirkan hingga kini. Dan kenapa juga aku memiliki sahabat yang toxic, sahabat
yang datang saat ada maunya. Bahkan dalam persahabatan ini, aku merasa seperti
dia menyaingi sahabatnya sendiri. Dia seperti selalu memamerkan dirinya
yang asyik berbincang dengan orang lain di depanku sambil melihatku dan
mendiamkanku. Dan itu lucu menurutku, karena dia pikir aku akan merasa jealous melihatnya dengan
orang lain. Padahal itu salah. Aku merasa cuek akan hal seperti itu.
Jadi inilah
kisahku dengan sahabat toxic ku.
“ Cil, ikut yuk
acara OSPEK” kata Dinda.
“Memang acaranya
kapan sih?” jawabku sambil mengunyah cemilan.
“Besok sih, tapi
katanya acaranya tiga hari cuman nanti di hari terakhir kita nginep, Cil. Ikut yuk”
“Ya sudah aku
ikut”
“Yeey... begitu
dong baru besti”
Keesokannya,
saat acara itu dimulai. Dan saat itu pun, ada teman cowokku si Ajun yang
ternyata mengikuti kegiatan OSPEK ini, aku mencoba untuk menyapanya dan si Dinda pun seperti jealous tanpa sebab.
“Hai Jun, ikut
acara ini juga ya?”
“Iya Cil, kamu
ikut juga?”
“Hehehe iya. Tapi aslinya sih disuruh sama Dinda buat ikut dan kebetulan aku juga lagi bosen
di rumah. Yaudah mending ikut deh” kataku sambil tersenyum.
“Ouh ya, kamu
kenapa ikut acara beginian?” kataku penasaran sambil melihat ke dirinya.
“Mau cari cewek,
kamu sendiri?”
“Dasar buaya ya
begini, cari cewek diacara OSPEK. Kalo aku sih ingin cari pengalaman saja”
kataku sambil tertawa.
“Yaelah
bercanda, Cil”.
Saat aku asyik
berbincang-bincang, tiba-tiba saja notifikasi dari WhatsApp ku bunyi, kucoba
baca pesan di WhatsApp ku dan ternyata dinda menyuruhku untuk duduk di tempat
duduk yang kebetulan saat itu, orang yang mendudukinya sedang keluar dari
ruangan ini. Dan aku pun mencoba untuk menduduki kursi yang kosong itu.
Waktu mulai
berganti dan jam istirahat pun tiba. Saat aku baru saja selesai untuk mengambil
snack untuk diberikannya ke teman timku dan saat itu Dinda pun berubah total.
Dia seperti
menjauhiku, padahal aku saja tidak tahu salahku dimana?
Bahkan, jika Dinda merasa jealous hingga menjauhiku hanya karena melihatku berbicara sama Ajun itu mustahil. Lagi pula bukannya dia sudah punya pasangan bahkan Dinda pun
selalu menceritakan pasangannya itu padaku hingga diriku bosan mendengarkannya.
Hari demi hari
pun berlanjut. Hingga hari OSPEK yang di mana di hari ini, semua mahasiswa baru
bahkan pendamping akan menginap.
Dan di hari itu,
hari di mana paling menyesalkan untukku, yaitu ketika banyak orang menganggapku
pelang-peleng bahkan sebenarnya sebelum mereka mengecapku seperti itu, aku
sudah mencoba untuk mencegahnya dengan cara aku pergi ke tempat organisasi ku
hingga malam bahkan aku pun punya ke niatan ingin mundur dari kegiatan itu,
tapi Dinda selalu mencegahku untuk tidak mundur.
Dan saat aku
lebih mementingkan dirinya daripada diriku sehingga aku memaksakan untuk masih
ikut di acara tersebut, dia tetap menjauhiku.
“Cil, sini cepetan”
pesan WhatsApp dari Dinda.
“Ada apa, Din?”
“Cepetan,
bentaran doang”
“Kemana?”
“Ke ruang IV’
“Ya, aku ke sana”
Aku pun pergi
menemui dia untuk bertanya kenapa menyuruhku datang menemuinya.
“Ada apa, Din?” tanyaku.
“Temenin aku Cil,
si Anggun sama yang lain lagi pada pulang dulu. Aku ga ada temannya”
“Lah.. pas aku ga ada teman nya, kamu
kemana saja, bukannya kamu malah ngenjauhin aku. Giliran sekarang kamu
ga ada teman,
kamu malah nyuruh aku
buat temenin kamu.”
“Jangan perhitungan sih, Cil”
“Aku ga perhitungan Din, tapi ini tuh
ga adil buat aku”
Seketika kami saling diam hingga teman
baru Dinda pun datang, sikap Dinda yang menjauhiku pun kambuh. Memang sih, kalo
ada teman baru pasti teman lama akan terlupakan.
Acara pun dimulai, di saat acara itu, aku
benar-benar merasa malu sama semua orang bahkan diam seperti orang hilang. Hingga
banyak orang yang melihatku dan dari kejadian itu pun yang hingga sekarang
membuat mereka menertawaiku.
Jika dibilang bagaimana perasaanku
sekarang dan jika boleh jujur. Rasa percaya diriku hilang dan itupun yang
membuat mentalku hancur seketika.
Penulis: Dian Rachmawati