SIRNA
DI KALA SENJA
Di suatu hari, tepatnya tanggal 11 Oktober. Seperti biasa aku bersiap-siap
menuju kampus. Ketika aku
hendak mandi, Ibuku berpesan “Wanto tadi Ibu Tuti minta tolong servicekan
motornya,” ujar Ibuku sambil membalik memasak untuk sarapan.
“Motor
yang warna kuning itu kan Bu, yang biasa di pakai untuk berbelanja ke pasar?”
tanyaku
sambil mengambil handuk yang menggantuk di atas sumur.
“Iya
Wan, nanti kamu
ke
rumahnya dulu buat ambil ongkos servicenya yah.”
“Ok
Bu.” jawabku sambil menuju kamar mandi dengan handuk yang sudah membungkus
setengah badanku.
Setelah semuanya siap, tinggal berangkat. Aku menuju
rumah Ibu Tuti yang bersebelahan dengan rumahku kira-kira sepuluh langkah dari
rumah jadi tak usah kirim surat.
Tok, tok, tok…
" Asalamualaikum Bu…"
“Waalaikum
salam, ouh Wanto yah. Tadi Ibu berpesan sama Ibumu, Ibu sudah bilang kan?" ujar Ibu Tuti.
“Iya
Bu sudah, kata Ibu suruh kesini buat ambil ongkos servicenya hehe...”
jawabku sambil melongok ke dalam pintu rumah yang belah atas bawah.
“Ini
uangnya Wan,
Ibu minta tolong yah.”
“Siap
Bu, laksanakan. Aku pamit yah bu assalamualaikum.”
“Iya
Wan,
ati ati waalaikum salam.”
Aku pun balik ke rumah dahulu untuk berpamitan
dengan Ibu “Aku pamit yah Bu, Bapak
masih tidur nanti salamin aja yah Bu hehe” ujarku sambil mencium tangan kanan Ibu.
“Iya
nanti Ibu salamin, gih brangkat.”
Aku pun menuju tempat service, "Ouhh iya tadi
bang Jabrud SMS aku,
katanya mau ada rapat. Atau nanti aja yah servicnya setelah rapat,” ujarku dalam hati sambil
menikmati keasrian udara di pagi hari.
Setibanya di kampus, aku mengikuti rapat pemilihan ketua dan
sidang
laporan hingga usai. Ada dua kandidat yang mencalonkan yaitu Jabrud dan
Tukimen. Yang terpilih yaitu Jabrud dan Tukinem menjadi sekretaris, setelah
terbentuk struktural
aku
pun segera bergegas untuk pamit dengan teman-teman menuju tempat service.
“Aku pamit duluan yah, mau service motor saudara dulu.”
ujarku sambil berjabat tangan.
“Lah
kok buru-buru gitu kaya orang kebelet,” ujar Jabrud.
“Hehe,
iya nih takut
tutup bengkelnya,” jawabku sambil menyalakan motor.
“Nggak makan-makan dulu nih,
teman-teman mau otw nih ke warung mie ayam yang di belakang Masjid Agung. Tenang gratis kok, ditraktir
sama bang Jabrud sebagai
ketua baru,” ujar
Darmo.
“Emm…
nanti deh sehabis service, nanti aku kabarin lagi” jawabku sembari sedikit menahan gejolak
perut yang protes minta makan.
“Ouh
yaudah aku
tunggu di lokasi yah, nanti kalau kamu mau kesana kabar-kabar nanti aku sharelok” ajak Surti dengan perlahan
menarik pedal gas menuju lokasi.
“Ok
Sur.”
Aku pun menuju bengkel yang tidak jauh dari Kampus.
Setibanya di bengkel aku
disapa ramah oleh Mas
Taryo montir bengkel langgananku, jadi agak faham dikit nama orang yang
service.
“Mas
service yah, sekalian kampas rem belakang itu kayaknya udah hamper habis” ucapku sambil menoleh
kearah kampas motor.
“Ok
mas, boleh ditunggu sebentar mas biar tak kerjakan motornya.”
Aku yang menunggu
lumayan lama
dan
perut semakin keroncongan.
Akhirnya memutuskan membeli
minuman jely untuk mengganjal rasa
lapar.
Setelah selesai service,
aku
pun segera menuju tempat Surti dan kawan-kawan untuk mengisi sari-sari
kehidupan.
“Klunitng…!” bunyi notif
dari HP yang ada di saku
celana bagian kanan.
“Wanto jadi kesini gak” pesan singkat dari Surti.
“Ok,
aku
ke situ
sharelock yah”
balasku.
“Langsung
ke lokasi yah, temen-temen udah pada selesai nih.”
“Ok,
wait yah” balasku.
Setibanya disana , Bang Darmo, Bang Jabrud Surti dan
kawan-kawan lainya sudah ada di lokasi.
“Wih
ramai yah, kaya udah pada sendawa nih hehe” ucapku dalam hati.
“Oi…”
sapaku
sambil melepas helm dengan
menstandar
motor.
“Baru
dateng Wanto…? makannya udah mau pada abis
nih” kata Tono
sambil mengisap sebatang rokok sehabis makan.
“Iya
nih agak lama tadi di bengkel, udahan dong berarti…?" tanyaku.
“Udah
tenang, pesen Ton satu lagi” ujar Jabrud.
Aku pun duduk di samping Surti, sambil menghelakan
nafas dengan terengah-engah.
“Huft,
baru selesai tadi jam limaan” kataku dengan tubuh yang seakan tidak
berdaya.
“Kok
lama banget sih Wan…?”
tanya
Surti yang nampak nafas terengah-engah
dengan keringat bercucuran karna mie ayam mercon yang tinggal kuahnya.
“Maaf,
tadi aku
sempet balik lagi cari hp. Kirain hpku hilang, ehh ternyata di tas hehe”
jawabku sambil menggaruk kepala bagian belakang.
“Ah
kamu
ini… ouh iya Wan,
nanti antar aku
ke bank yah. Aku ada pesenan nih buat ambil uang rakyat, Aku ngeri kalau pulang
sendirian” ajak
Surti.
“Haha
kamu ini kaya anggota DPR aja ambil-ambil uang rakyat” jawabku dengan celutikan
yang biasa para wakil rakyat lakukan.
“Hus…
bukan uang itu, ini titipan orang ambil PKH. Jadi aku minta kamu kawal,
ok."
“Siap-siap.”
Setelah semuanya selesai makan, akhirnya mereka
berpencar memisahkan diri
Tono,
Jabrud,
dan Darmo ke sekre. Aku dan Surti menuju
bank
dengan membawa motor sendiri-sendiri.
“Sur… nanti mampir ke masjid terdekat yah?” ajak ku
sambil mendekati motor Surti.
“Kenapa
nggak
di masjid kampus aja?” tanya
Surti.
“Aku ingin menikmati keindahan Masjid Agung Sur yang adem, lagian sekalian lewat
juga” jawabku.
“Ouh
yaudah, aku
juga sekalian deh. Jangan lama-lama yah soalnya aku ditungguin soal uang itu.”
“Ok.”
Ketika tiba di masjid aku di arahkan ke tempat parkir yang
sudah di sediakan, tidak biasanya ada tempat parkir khusus motor. Bisa jadi
lebih aman si, kan lebih terkendali pak satpam.
Aku
pun
menuju tempat wudlu sambil merasakan ada yang kurang.
“Loh…
hpku mana ya?”
kataku
sambil meraba di seluruh saku
dan tas.
“Ouhh
iya yah, tadi kan hpku di taruh di saku motor. Aku ambil dulu ahh, ett tapikan ada pak satpam
sedang jaga. Semoga aman
deh
hpku.” Ucapku dalam hati sambil melihat ke arah parkiran.
Ketika selesai sholat, aku pun bergegas menuju
parkiran. Dengan melihat ke
arah
satu motor.
“Loh,
loh… kok nggk ada yah atau tadi ketinggalan di warung makan yah” ucapku sambil
mencari-cari ke segala arah.
Dengan perasaan sedikit gelisah, aku pun mencoba tenang.
Aku bertanya kepada pak satpam yang ada di sekitar parkiran.
“Pak,
pak… bapak lihat ada hp di saku
motor ini gak pak…?” tanyaku
sambil menunjuk ke arah saku
motor.
“Waduh,
tadi saya gak jaga di sini mas. Coba saya tanya satpam yang lain dulu mas yang jaga
disini” jawab pak satpam sambil memanggil temanya.
Aku pun menunggu info dari pak satpam yang lain.
Dari pada menunggu pak satpam lama, aku pun bergegas menuju tempat makan
tadi. Setibanya di sana, aku
bertanya kepada mas yang berjualan.
“Mas
tadi lihat hp di meja sebelah sana gak mas?” tanyaku sambil menunjuk ke arah tempat aku makan tadi.
“Waduh,
saya gak lihat mas” mas Karyo
pun bertanya kepada Mandakrup.
“Man-man
tadi kamu lihat HP gak di sana?” tanya mas Karyo terhadap mandakrup selaku pelayan.
“Tadi
saya beres-beres
disini gak ada HP tertinggal mas, di sini kalau ada barang yang tertinggal Insyaallah aman. Banyak juga kok orang-orang yang
barangnya
tertinggal masih utuh, kadang juga ada yang balik lagi untuk mengambilnya” ucap Mandakrup.
“Waduh
gak ada yah mas, yaudah mas terima kasih yah mas” ujarku sambil menuju kembali ke masjid.
“Iya
mas, semoga hpnya ketemu"
ujar mas
Karyo.
Aku pun
kembali
mengendarai motor
menuju
ke masjid untuk mencari
info dari satpam.
“Mas,
tadi saya jaga di situ. Tapi, saya tidak lihat di situ ada hp" ujar pak satpam.
“Ouhh
begitu yah pak, coba nanti di cek di CCTV yah pak barangkali terlihat…” pintaku.
“Iya
mas, ini bisa buat evaluasi
kami untuk kedepanya. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang kembali” ujar
pak satpam.
“Iya
pak, saya tunggu info selanjutnya.
Akhirnya aku memutuskan untuk menuju kampus dengan Surti, aku Pun memberi tau kepada
teman-teman.
“Gimana
Wan,
HPnya ketemu?” tanya
Jabrud
dengan duduk di atas motor dengan teman-teman yang lainnya.
“Lenyap
sudah hehe” jawabku mencoba
menutupi penyesalan dengan senyuman.
“Terus
gimana Wan?
Coba nanti lacak pakai email atau sejenisnya barangkali masih ada di sekitar
sini” ujar
Darmo.
“Ya
sudahlah, toh cuman barang kok bisa dicari lagi. Tapi yang aku khawatirkan itu data-data
yang ada, takut disalah gunakan” jawabku dengan
melihat-lihat ke segala arah, berkeringat, dan agak berkaca-kaca di bagian
mata.
“Jreng…jreng…jreng”
sebuah nada untuk menenangkan fikiran yang agak sedikit kacau, dalam hatiku
terfikir “Kalau
Ibu tau kayaknya agak sedikit kaget deh.”
Setibanya di rumah, akupun cerita kepada Ibu. Ternyata benar
prediksiku.
“Asalamualaikum,
Bu…” salam ku dengan nada lemah.
“Waalaikum
salam, gimana motornya Bu
Tuti aman kan?” tanya
Ibu.
“Aman
Bu” jawabku.
Di dalam kamar sedang santai menonton TV, sekilas
nampak iklan HP di TV. Aku pun bertanya kepada Ibu. Perlahan aku menceritakan
kejadian hilangnya hpku.
“Bu, hp itu kayaknya mahal yah Bu…?” tanyaku dengan nada kaku.
“Hmm…
kok aneh sih Wan
tiba-tiba kamu tanya
gitu” jawab Ibu sambil bersender pada bantal kearah kiri menghadap TV.
“Emm,
sebenarnya HP ku hilang Bu” ujarku sambil menghadap bumi.
“Hah…!
Seriusan Wanto?”
jawab Ibu dengan spontan langsung bangun
dari rebahanya.
“Iya
Bu, nanti aku
ceritakan kejadian hilangnya Bu” jawabku.
“Hadeh
kamu ini, lain kali hati-hati dong”ujar Ibuku.
Kemudian Akupun
berbaring dengan menatap atap rumah sambil terfikir “Apakah ini yang
dirasakan masa sebelum adanya gawai? syahdu, tapi rindu”
Penulis : waan