PENTAS PRODUKSI TEATER CEBONG

 

Teater Cebong Adakan Pentas Produksi dengan Judul Daun Ma'rifat

Dokumenter LPM Tanpa Titik

Sabtu, 12 November 2022 telah berlangsung acara pentas produksi persembahan dari Teater Cebong. Pementasan ini mengambil tema "Daun Ma’rifat" adaptasi dari cerpen Gus Jakfar karya Gus Mus. Bukan tanpa alasan mereka mengambil tema tersebut. Banyak pesan-pesan positif yang mereka pentaskan. Salah satunya yaitu inspirasi bahwa kita dalam hal beragama dan berkelakuan haruslah ikhlas.

Acara yang bertempat di Gedung Rakyat Slawi ini ditujukan untuk umum, mulai dari mahasiswa, dosen, UKM-UKM IBN, alumni IBN, Dinas Pendidikan dan Kebudayaaan Kabupaten Tegal, Dewan Kesenian Kabupaten Tegal, Dewan Kebudayaan Kabupaten Tegal, para seniman Kabupaten Tegal dan masyarakat umum lainnya.

 Acara dimulai pukul 20:30 WIB diawali dengan pra acara dengan penampilan musik oleh Salma Nabila. Kemudian pembukaan oleh master of ceremony (MC) dimulai dengan membacakan sponsorship, media partner dan dilanjut dengan sambutan-sambutan. 

Samsul Falah selaku pembina Teater Cebong menyampaikan ucapan terima kasih  kepada para penonton yang sudah menyempatkan hadir 

“Terima kasih sudah menyempatkan hadir disela-sela kesibukan yang padat, mudah mudahan tahun depan dapat menampilkan pentas produksi ke gedung yang lebih besar lebih meriah dan dapat ditampilkan ke tingkat Nasional bahkan Internasional,”  ujar beliau.

 

Dokumenter LPM Tanpa Titik

Kemudian masuk ke acara inti, yaitu pementasan. Pementasan yang menceritakan Gus Jakfar yang memiliki keistimewaaan melihat masa depan orang lain, hal ini menjadi buah bibir masyarakat sekitar bahkan namanya pun tenar sampai keluar daerah, suatu ketika gus jakfar bertemu dengan KH sepuh sehingga ia tidak dapat menggunakan keistimewaanya, masyarakat pun bertanya- tanya? apakah yang telah terjadi kepada Gus Jakfar? Ternyata ia melihat hal yang seharusnya tidak ia lihat, kiai yang ia percayai sebagai waliyallah ternyata mempunyai sisi buruk. Pentas tersebut membuat penonton takjub pada penampilan tersebut, alunan gamelan dengan penataan cahaya berhasil ditampilkan dengan bagus. Pementasan yang disutradai oleh Ouby Albaari berjalan dengan sukses, dan mampu setidaknya terjual 200 tiket.

Acara tersebut kemudian dilanjut dengan diskusi pementasan yang menghadirkan pak Bontot Sukandar sebagai narasumber dan dimoderatori bong Imam Tole.

Pak Bontot Sukandar mengaku terkesan dengan pementasan Teater cebong ia menyampaikan bahwasanya Teater Cebong memiliki potensi yang besar jika dikembangkan. Sependapat dengan Pak Bontot Sukandar Ouby Albaari selaku sutradara juga mengaku terkesan dengan penampilan produksi kali ini. Walau ada beberapa kendala terkait persiapan latihan pementasan yaitu bentroknya mahasiswa dengan kegiatan perkuliahan seperti UKM lain, dan bentrok dengan UTS.

“Iyaaa itu yang menjadi kendala dalam proses pementasan produksi, walaupun begitu pementasan tetap berjalan dengan sukses tetapi masih ada koreksi," ujarnya.

Tema Daun Ma’rifat tersebut merupakan ide dari Gus Akib sendiri,  ia memberi alasan kenapa mengambil tema tersebut ialah ada konsep keimanan, keisalam dan keikhsanan. Konsep keimanan itu bagian dari akar dalam batang keislaman dan daun keikhsanan. Karena daun itu bersifat melindungi, menganyomi. Seperti yang sosok KH Tawakal. Ia mengaku sudah membaca cerpen tersebut sampai 6x, dan memiliki sebuah pemaknaan bahwa ini ada pesan yang kemudian biasa disampaikan oleh orang orang Sufiah dmna orang orang Sufi itu ada perasaan Khouf dan perasaan Rojak, Khof itu perasaan kekhawatiran yang luar biasa tatkala dia terus melakukan ibadah kepada tuhan. Rojak yaitu harapan besar kepercayaan diri akan mendapat feedback.

Selain pementasan teater juga menampilkan pameran-pameran lukisan yang digelar oleh Jarot Ast dan Izzi. Lukisan digelar di sepanjang ruang menuju aula pementasan.

Salah satu penonton Alan mengaku terkesan dengan pementasan Teater Cebong, ia berpendapat jika Teater Cebong memiliki potensi yang besar jika dikembangkan, alangkah bagusnya jika dapat bikin sebuah film.

Alur dari teater Banyubiru juga menuturkan,

“Tentang klimaks kayak kurang maksud, tadi musik yang harusnya sudah selesai tapi tetap berlanjut. Dan juga ada yang keluar dari panggung sebelah timur pojok yang sepertinya kurang enak dilihat. Namun kalo pentasnya sudah asyik dan menarik," tambahnya.

Pementasan tersebut membutuhkan waktu sekitar satu bulan satengah untuk persiapannya, dengan waktu persiapan yang tergolong kurang tersebut tidak memungkinkan pementasannya tidak berjalan dengan lancar. Hal itu didorong dengan spirit mahasiswa dalam perencanaan acara tersebut, juga semangat para mahasiswa baru yang ikut dilibatkan dalam pentas produksi.

 

Penulis: Fitri

 

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama