DEMA
atau DEMA-ble
Dewan Eksekutif
Mahasiswa atau biasa disebut BEM,
merupakan badan tertinggi yang ada di organisasi mahasiswa yang setara dengan Senat Mahasiswa. Tugasnya merupakan
melakukan ketetapan dari SEMA kampus dalam mengatur dan melaksanakan kegiatan
mahasiswa. Kemudian DEMA sendiri harus menjadi wadah untuk menempa dan
meningkatkan kemampuan manajemen, kepemimpinan, penalaran, serta menyalurkan
minat dan bakat yang dimiliki oleh mahasiswa. Sehingga terciptanya fungsi
mahasiswa sebagai agen perubahan.
Lantas apa yang terjadi
dengan DEMA yang ada di Institut Agama Islam Bakti Negara Tegal? Apakah sudah
demikian menjalankan tupoksi sebagai DEMA pada umumnya? Mungkin sebagian banyak mahasiswa terutama mereka yang membawa
nama organiasi menyatakan DEMA IBN Tegal belum bahkan masih jauh dalam
menjalankan tupoksinya.
Kurangnya transparansi terhadap ORMAWA di kampus IBN juga nampak terlihat,
seperti halnya pada pelaksanaan PBAK 2022. Saat itu masih ada
beberapa barang seperti
sembako, peralatan kebersihan, dan buku-buku yang katanya akan didonasikan ke
taman baca. Namun, sampai detik ini tidak ada kejelasan tersendiri.
Apakah untuk kebutuhan DEMA sendiri? Apa mungkin untuk keperluan luar kampus? Atau bagaimana? Hal ini tentu akan menimbulkan tanda
tanya besar yang tak kunjung usai.
Kemudian dari segi kepengurusan tak terasa hampir setengah periode, beberapa bulan lagi
mungkin mereka akan lengser dan melakukan pergantian.
Dalam hal ini, apakah sudah terlihat
perkembangannya? Program kerja pun sampai sekarang belum ada yang menonjol.
Padahal sudah ada bekal anggaran yang bisa dikatakan paling besar dibandingkan SEMA maupun UKM
lainnya.
Apakah tidak ingin digunakan untuk mengembangkan potensi mahasiswa? Mahsiswa
pun ingin ada suatu ajang untuk berdialektika, namun jika tidak ada fasilitasnya
bagaimana mahasiswa akan berkembang.
Coba kita lihat DEMA di luar kampus IBN, mungkin serasa begitu menakjubkan dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, baik dari relasinya, pengalamannya, dsb. SEMA hanya bekerja di balik layar karena sebagai badan Legislatif, dan DEMA lah yang turun ke lapangan sebagai Eksekutif, lalu UKM atau HMPS akan berkontribusi demi kelancaran bersama. Akan tetapi, yang terlihat hanya DEMA mengumpat pada ketiak birokrat, nurut atas apa yang diperintahkan birokrat kampus, lalu mereka hanya diam membisu, bahkan DEMA belum nampak kedekatannya dengan mahasiswa ORMAWA (UKM atau HMPS).
RAB yang sedemikian belum bisa terlihat program kerjanya, baik dari program
kecil maupun program besar. DEMA sama sekali tidak nampak, bahkan mahasiswa
sebagian besar belum mengetahui fungsional dari DEMA yang sebenarnya, mahasiswa
semester awal banyak bertanya terkait DEMA dan mereka tidak banyak tahu siapa
ketua DEMA maupun keanggotaannya. Entah apa yang ada di dalam dapur DEMA, mungkin
adalah hal yang wajar. Banyak isu sesliweran terkait dengan keaktifan DEMA,
baik dari tingkah laku, program kerja maupun kedekatan psikologis. Pola keorganisasian
dapat terbentuk dengan adanya leadership, problem solving maupun tupoksi dari
bagiannya masing-masing. Hal
demikian bagi orang yang sadar akan proses, itu bisa menjadi berkembangnya suatu
induvidu. Jangan malah menghilang dari peradaban, tunjukan dirimu yang
sebenarnya.
Untuk DEMA IBN Tegal, cobalah mengaktifkan kembali dengan semangat
berorganisasi. Karena tatanan yang berada di DEMA dijadikan sebagai contoh dari
ORMAWA lainnya. Jangan sampai periode DEMA di tahun inin dianggap cacat karena tidak berjalan dengan benar.
Penulis : Pimpinan Umum
Editor : Tim Redaksi