Dua Hari Jelang Pemilihan Rektor ; Calon Rektor Paparkan Visi Misi
Dokumenter LPM Tanpa Titik |
Panitia pemilihan Institut Agama Islam Bakti Negara
Tegal selenggarakan acara Pemaparan Visi, Misi dan Program Kerja Calon Rektor
IBN Tegal Periode tahun 2023-2027. Acara yang berlangsung di Aula kampus ini
merupakan salah satu tahapan penyelenggaraan pemilihan rektor, di mana mereka
akan memaparkan visi, misi dan program kerja apa saja yang akan mereka terapkan
bila terpilih menjadi rektor. Dihadiri oleh Ketua Yayaysan Ki Gede Sebayu,
jajaran Senat, staff dan karyawan, dosen tetap, dan perwakilan mahasiswa.
Acara diawali dengan pembukaan oleh MC, setelah itu menyanyikan
lagu Indonesia Raya oleh seluruh tamu undangan yang hadir. Ketua panitia dalam
sambutannya menegaskan bahwa kegiatan pada hari ini merupakan forum kritik dan
komentar dari pemaparan visi misi masing-masing kandidat calon rektor dan juga
penyampaian program kerja. Beliau juga menyampaikan bahwa tidak ingin kalah
dengan perguruan tinggi lainnya, sehingga pelaksanaan pemilihan rektor ini dilaksanakan
secara maksimal.
Sebelum memasuki acara inti, para calon kandidat
dipersilahkan mengambil nomor urut untuk memaparkan visi misi serta program kerja
mereka, dan diperoleh Pindha Kaptiningrum nomor urut 1, Ahmad Ghufron nomor
urut 2 dan yang terakhir Saepudin. Mereka juga harus menandatangani surat
pernyataan yang isinya “Siap menyatakan akan menjadi atau tidak menjadi Rektor
IBN Tegal.”
Memasuki acara inti yaitu pemaparan visi misi dan
dilanjut dengan sesi tanya jawab. Begitu sesi tanya jawab dibuka beberapa perwakilan
mengajukan pertanyaan seperti dari perwakilan dosen FITK Arif Muntaqo dan Abdul
Fatah, perwakilan dosen FSU Ghofar Hilman, Perwakilan dosen FEBI.
Kesimpulannya, mereka menyampaikan mengenai pandangan
calon rektor tentang insitut yang akan menuju ke universitas. Kemudian ada yang
menanyakan mengenai gaji tetap dosen tetap, juga penagihan sarana prasarana
gedung FEBI. Begitu pula pertanyaan mengenai bagaimana posisi dosen yang sedang
melanjutkan studinya.
Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut,
nomor urut pertama Phinda Kaptiningrum menyampaikan paparannya yaitu “Gaji untuk
pegawai tetap yang diberikan IBN Tegal akan dimaksimalkan sebesar Rp. 2.100.000
sesuai dengan UMR Kab. Tegal, adanya penyempurnaan gedung sarana dan prasarana
untuk keberlangsungan proses akademik, dan penjelasan mengenai dosen yang
sedang melakukan study lanjut. Ia memaparkan bahwa dosen yang masih dalam
proses study nya akan tetap diberikan jam kerja, tidak perlu pemangkasan bahkan
penghilangan jam kerja.”
Nomor urut dua yaitu Ghufron, beliau menjawab “Dalam
visi misinya ia memiliki strategi untuk bersinergi
bersama dalam pengembangan masyarakat dan terkait gaji akan diberikan gaji UMR
apabila sudah memenuhi jam kerja yaitu 08.00-04.00 (Senin-Jumat), jika sudah
dihitung maka dosen yang mengajar di IBN hanya beberapa hari saja, tidak full
waktu dan dirasa sudah cukup untuk persoalan gaji”
Lalu yang terakhir pemaparan jawaban oleh nomor urut
tiga yaitu Saepudin. Beliau menyampaikan bahwa gaji maupun dana penelitian bisa
ia usahakan untuk lebih besar dan maju lagi, nantinya ia akan menggunakan
relasinya demi kemajuan IBN”.
Sesi pertama selesai, kemudian dilanjut dengan sesi
yang kedua pertanyaan dari perwakilan mahasiswa SEMA, DEMA, UKM dan HMPS. Perwakilan
SEMA menyampaikan bahwa sebelum ia bertanya, ia lebih dulu menyampaikan bahwa
harapan mahasiswa ketika nanti calon rektor terpilih menjadi rektor dan
menjabat selama masa baktinya dimohon untuk lebih dekat dengan mahasiswa, dan
lebih mendengarkan aspirasi mahasiswa. Lalu ia bertanya atas apa yang sudah
terjadi apakah calon rektor akan mempertahankan hal tersebut, lantas bagaimana
cara untuk menanggulanginya.
Dari DEMA memaparkan terkait jam operasional kampus
yang lebih spesifikasi ke tata usaha, maupun perpustakaan. Lalu ia menyinggung
jika acara mengapa kita lalai dan tidak menyanyikan Mars IBN?
Islah selaku ketua UKM Junuudul Mustiofa menyampaikan
bahwa terdapat dosen yang tidak aktif, jarang masuk mata kuliah tanpa
penjelasan apapun. Ia menegaskan apa yang akan dilakukan oleh calon rektor
nantinya ketika menemukan hal tersebut.
Dilanjutkan dengan Ilwan selaku pimpinan umum LPM
Tanpa Titik menanyakan kenapa kampus tidak memfasilitasi tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) untuk menanggulangi sampah yang ada di kampus ini.
Calon rektor memaparkan jawabannya, menurut Ahmad Ghufron
ia menjanjikan ketika dirinya menjabat rektor maka akan mengadakan sarasehan
dengan mahasiswa maksimal satu kali dalam satu semester. Menurut Phinda
Kaptiningrum ia menyadari bahwa komunikasi antara rektorat dengan mahasiswa
sangat diperlukan dan ia akan melaksanakan itu dengan menghilangkan rasa
canggung atau segan satu sama lain. Begitu pun dengan Saepudin. Lalu terkait
sarana prasarana, Saepudin menyampaikan bahwa performa dari suatu institusi
adalah bentuk fisiknya, namun ia akan menjadikan tanggung jawab bagi dirinya
sendiri maupun seluruh rakyat IBN. Ia juga menyampaikan bahwa selama ini belum
ada aturan hukum terkait dosen yang tidak atau kurang aktif. Yang ada selama
ini kita hanya dengan sistem kemanusiaan, pekeuwehan dan saling
menghormati satu sama lain, bukan dengan penggunaan aturan baku.
Kurangnya waktu yang diberikan dalam sesi tanya jawab
membuat beberapa audien yang memang ingin mengajukan pertanyaan kepada bakal
calon rektor tidak puas, bahkan ada
salah satu perwakilan DEMA yang bertanya
terkait jam operasional kampus tetapi diabaikan tanpa dijawab sedikit pun. Beberapa
perwakilan mahasiswa sudah meminta waktu untuk penambahan tetapi tidak ada yang
merespon hal tersebut. Mungkin bukan hanya mahasiswa, namun dari perwakilan
dosen yang belum memiliki kepuasan terhadap forum tersebut.
Penulis: Tim Redaksi