Jejak Digital-Mu Membunuh-Mu
Pict by: Pinterest |
Ternyata jejak digital tak seperti yang diduga, bisa
jadi sangat berbahaya untuk jangka panjang, khususnya di sosial media.
Sosial media merupakan platform tempat berbagi segala
sesuatu, belajar, berinteraksi memperluas pertemanan dengan orang di seluruh
penjuru dunia dan juga bisa berfungsi sebagai media untuk mempromosikan atau
berbisnis.
“Kita dapat mencapai kecakapan digital jika kita tahu
dan paham ragam manfaat sosial media dalam kegiatan digital” ujar Trainer Digital
Marketing, Diaz Yasin.
Setiap pengguna
dapat mengoptimalkan penggunaan perangkat digital dan sosial media sehingga
dapat memanfaatkan informasi yang tersedia untuk konten positif dan membangun.
Mampu menyeleksi, memverifikasi informasi dan menggunakannya untuk kebaikan
diri dan sesama.
Namun dari aktivitas di sosial media, ada bahaya yang
ditimbulkan dari jejak digital. Meliputi digital exposure, akses bebas
dari orang-orang tidak bertanggung jawab. Hal ini bisa berakibat pada kerugian
seperti pencurian identitas atau tindakan kriminal lainnya.
Kemudian phising, yaitu serangan manipulatif
yang bisa membahayakan pengguna dengan membobol data-data penting seperti
rekening ATM, atau file berharga di tempat kerja.
Tak kalah penting dari jejak digital yang ditinggalkan
saat beraktivitas di ruang digital adalah reputasi profesional. Di mana bisa
saja unggahan lama yang bersifat pribadi, komentar, bisa memengaruhi karena
dinilai tidak sopan, Rasis, atau menyinggung SARA.
“Banyak yang belum sadar akan hal tersebut, kita masih
sering menemukan masih banyak orang meninggalkan komentar kasar dan informasi hoaks
di dunia digital yang berujung pada masalah hukum. Masih banyak pula masyarakat
yang belum memahami pentingnya kerahasiaan data seperti data KTP dan data
keuangan, asal dimasukkan dalam aplikasi yang berujung pada kasus penipuan,”
ucap Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah Kemendikbud, Jumeri, dalam Webinar Digital Society dengan tema Waspada
Rekam Jejak Digital Pendidik dan Peserta Didik di internet. Padahal menurut
Dirjen Jumeri, jejak digital yang berisi informasi data pribadi sangat rawan
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Data-data tersebut dapat berakibat pada berbagai
aspek yang akhirnya berimplikasi pada hubungan personal hingga ke ranah hukum,
jangan sampai kita mengalami hal tersebut,” harapnya.
Selain itu hal yang tidak disadari oleh banyak netizen
ialah mereka tidak mengira kalau jejak digital pada sosial media bisa dijadikan
identifikasi instansi bagi calon pelamar kerja, calon CPNS, calon pelamar
beasiswa, bahkan promosi jabatan sebagai bahan pertimbangan.
“Kita tetap harus waspada serta berhati-hati terkait
informasi apa pun yang kita bagikan di internet. Setiap detik kita buka
internet data kita sudah tertinggal. Ada rambu-rambu yang harus kita
perhatikan, seperti UU ITE yang harus kita taati,” tandasnya.
Sementara itu, Pengurus Siber kreasi Komite Edukasi
Mafindo, Heni Mulyati, menyebutkan berdasarkan data penelitian yang dilakukan
oleh Netsafe bahwa hal negatif yang paling sering dilaporkan yaitu
mempublikasikan informasi pribadi yang mengarah pada penindasan atau pelecehan daring,
serta menerbitkan informasi pribadi yang digunakan untuk serangan manipulasi
psikologis.
Ia juga mengingatkan, ada empat motivasi utama
pengguna media sosial yakni memperkuat jaringan sosial, mencari teman yang
cocok, mengembangkan usaha, dan mencari koneksi bisnis.
Guna merawat jejak digital, pengurus siber kreasi itu
memberikan beberapa tips, seperti : Cari tahu terlebih dahulu jejak digital
yang kita miliki, atur privasi di perangkat kita (hal-hal yang tidak ingin
dilihat orang silahkan dibuat privat), periksa cookie pada
perangkat kita (jika ada situs yang tidak dikenal mengirimkan cookie
segera block), dan gunakan kombinasi yang kuat dalam membuat kata sandi.
“Ingat apa yang sudah kita bagikan di internet akan
tetap tinggal di sana meskipun sudah kamu hapus, karena jejak digital tidak
akan bisa benar-benar hilang meskipun sudah dihapus.” Pungkasnya.
Penulis : Dian Rachmawati.