*Ambisi kedudukan, aswatama berperan!* |
Di pentas dunia, ambisi menjadi raja,
kedudukan diperebutkan dalam drama kekuasaan,
seperti Aswatama yang terjebak dalam dendam,
memainkan perannya dalam kisah kemunafikan.
Kita menyaksikan permainan ambisi yang teramat besar,
di mana posisi tinggi menjadi piala yang harus diraih,
mereka berlomba, saling menjatuhkan, menutup mata,
pada etika dan keadilan yang terabaikan dalam upaya.
Aswatama, simbol kebanggaan yang tersisa,
dalam babak kelam Mahabharata, menjadi cermin,
di mana ambisi buta menuntun tangan ke jalan kehampaan,
mengabaikan prinsip demi meraih tujuan semu.
Kita terjebak dalam ilusi kedudukan yang gemerlap,
menganggap kekuasaan sebagai tanda keberhasilan,
sementara nilai-nilai luhur dipertaruhkan pada altar ambisi,
menyisakan kepedihan bagi mereka yang terjatuh dalam permainan.
Kritiklah jalan yang kita tempuh,
di mana ambisi sering kali membutakan,
seperti Aswatama yang memilih kehampaan,
daripada kebijaksanaan dan pengertian yang sejati.
Apakah kita akan terus membiarkan kedudukan
menjadi tujuan yang membutakan, menjatuhkan moral?
Mari kita renungkan, agar kita tidak terjebak
dalam perangkap ambisi yang merusak, seperti yang ditorehkan oleh Aswatama.
Kedudukan tinggi menjadi batu loncatan ke langit,
sementara nilai-nilai tersingkir dalam permainan,
Aswatama, simbol amarah, mewarnai peran yang rapuh,
membiarkan kebanggaan membutakan pertimbangan.
Di tengah permainan ambisi yang menggila,
kita kehilangan arah, terjerat dalam kebanggaan semu,
dalam perebutan kursi yang menggeser keadilan sejati,
kekuasaan menjadi tuan, nilai-nilai diabaikan tanpa ampun.
Ambisi ini, seperti Aswatama, membawa dampak kerusakan,
mengabaikan prinsip demi meraih posisi yang diidamkan,
kita menari di tepi jurang kehampaan, tanpa menyadari,
bahwa kedudukan hanya bayang-bayang dari kebanggaan yang terpecah.
Oleh : Mohammad Ziaul Bilad
wiw mantab kakanda
BalasHapus