Sepertinya ini menjadi semacam oase yang cukup menyegarkan dari dalam kesejarahan Lembaga Pers Mahasiswa Tanpa Titik. Sebab untuk ketiga-kalinya melakukan bedah buku dari tokoh penulisnya langsung. Dan kali ini kawan kawan pers mendatangkan Bapak Ahmad Tohari. Sebagai penulis sekaligus membedah bukunya yang berjudul Kubah.
Ahmad tohari yang merasa lebih dekat dipanggil dengan sebutan Kang Tohari memberikan ulasan yang cukup mengantarkan isi dan proses dalam kepenulisan karyanya pada hari Minggu, 29 September 2024 di Aula IBN Tegal.
Menarik untuk dicatat sekaligus sebagai pengingat, bahwa menjadi seorang penulis pastilah terlahir dari tokoh tokoh penulis sebelumnya. Seperti Marah Rusli penulis Siti Nurbaya, Buya Hamka sebagai penulis buku Dibawah lindungan Ka’bah, atau seperti sastra puisi dari buku yang berjudul “Aku” karya chairil Anwar. Ini adalah tokoh yang menurut Kang Tohari sedikit banyaknya mempengaruhi beliau dalam kepenulisan sastra.
Hampir dari keseluruhan buku yang terlahir dari tangan budayawan banyumas ini, berlatarkan cerita desa dengan segala karakter manusianya. Suatu latar cerita yang terlihatsederhana namun kuat untuk melihat lanskap manusia bersentuhan dengan ekonomi, sosial, politik dan budayanya sekaligus. Hal ini disampaikan oleh Kang Tohari, “mungkin orang orang melihatnya sederhana, namun aku melihatnya bukanlah sesuatu yang sederhana”, memulai ulasanya.
Menurutnya jatuhnya daun pohon bukanlah peristiwa biasa saja, ini siklus yang jika kita melihatnya lebih dalam merupakan proses yang cukup panjang. Dari terserapnya air oleh akar pohon, sampai menunggu waktu daun itu jatuh dan menjadi kompos yang menyatu dengan tanah.
Bukan hanya itu, menurut beliau, karakter orang orang desa sangat dekat dengan pertanyaan pertanyaan keseharian, seperti “besok apa ada sesuatu yang bisa dimakan?”, “jika sakit nanti biayanya darimana?” ,“jika genteng bocor uangnya sudah tidak punya”. Hal semacam inilah yang dirasakan orang orang desa. Dan ini alasan serta menjadi inspirasi Kang Toharidalam setiap karyanya selalu bernuansa dan berlatarkan desa. Termasuk alasan yang paling asasi bahwa kang Tohari lahir dari anak desa, tegas beliau.
Dari buku Kubah yang juga membicarakan seorang tokoh bernama Karman, seorang pemuda dari desa yang terlibat dalam gejolak partai komunis, hal ini kemudian menjadi satu potret khusus untuk menjadi pertanyaan kenapa buku Kubah ini lahir.
Kang Tohari yang usianya sudah mencapai 76 tahun, menyampaikan dengan tuturkata yang begitu menyejukkan,bahwa gejolak komunisme di Indonesia adalah peristiwa dimana komunisme menjadi satu partai yang sah di dalam pemerintahan Indonesia.
Meskipun hari ini masih menyimpan semacam traumatikatau stigma buruk, sebab larangan beredarnya ajaran ajaran marxisme, leninisme, komunisme di era pemerintahan orde baru.
Namun bukanlah suatu yang seharusnya perlu untuk ditakuti bagi kalangan muda untuk mempelajarinya. Kaum muda haruslah banyak membaca apapun dari yang paling kiri maupun yang kanan. Sebab dengan membaca, bukan lantas kemudian kita menjadi sosok yang ada dalam buku yang kita baca, melainkan akan menambah pengetahuan kita untuk memahami bahasa dan konteks peristiwa apa yang terjadi.Kang Tohari juga menceritakan dari salah satu anaknya yang menyelesaikan studi di German, juga membaca buku Das-kapital langsung dari bahasa aslinya.
Dalam buku Kubah menjadi pemantik yang sangat menarik, sebab buku ini dibedah bertepatan dengan momentum penghujung September. Dimana peristiwa besar terjadi di Indonesia. Sampai kemudian lahir setelahnya yakni hari Kesaktian Pancasila. Hari itulah menjadi awal bertepatan dengan selesainya gerakan kiri di Indonesia.
Ini menjadi satu pertanyaan besar, apakah lahirnya Kesaktian Pancasila merupakan pertarungan antara Bung Karno dan Pak Harto dalam kuasa pemerintahan, atau pertarungan antara orang orang nasionalis dan orang orangkomunis.
Kang Tohari menjelaskan dan menuturkan bahwa peristiwa ini, bukan hanya dilandasi konflik dari dalam saja, melainkan ada aktor asing yang terlibat, sebab melihat Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi pasar internasional, terutama dalam sektor sumber daya alamnya.
Terbukti setelah pelengseran Sukarno terjadilah peresmian dan pengesahan undang undang yang disebut sebagai undang undang PMA, Penanaman Modal Asing. Sampai akhirnya kapitalisme sebagai sumber modal, mengeruk kekayaan Indonesia, dan hilanglah kedaulatan Indonesia sebagai negara yang bisa mengatur sumber kekayaannya sendiri sampai saat ini.
Kang tohari juga memberikan gambaran peta politik dunia saat ini, bahwa hari ini komunisme sudah mandul di negara yang mengaku berideologikan komunisme seperti di Cina maupun di Rusia. Kita bisa lihat di Indonesia sendiri juga jarang sekali pemimpin pemimpin kita yang membicarakan persoalan ini.
Namun sisi baik Komunisme adalah banyak dari merekayang memperjuangkan hak hak rakyat kecil yang tertindas, seperti spirit cerita di dalam buku Kubah. Tentang nasib Tinah dan anaknya yang menderita sebab ulah para Tuan tanah. Kebanyakan dari orang orang seperti Tinah disebabkan olehsistem kapitalisme yang menjamur. Ketimpangan sosialpunakhirnya terjadi.
Meskipun kapitalisme memberikan dampak ekonomi yang meningkat bagi para pelakunya secara individu, namun ada hal yang harus dibayar mahal dari kapitalisme, yakni ketimpangan sosial yang begitu jauh.
Buku Kubah ini merupakan bentuk rekonsiliasi dari Kang Tohari setelah melihat dari tetangga desanya yang ikut terlibat dalam partai komunis pada waktu itu. Dengan segala cara mereka mengkampanyekan atas ketidakadilan yang terjadi, dengan melancarkan segala macam doktrin komunismenya.
Namun setelah terjadinya gejolak G30s turut membuat Kang Tohari prihatin dan sedih. Sebab tiga kali Kang Tohari melihat secara langsung nyawa para tetangganya melayang karena di ekseksusi oleh aparat tanpa melalui prosedural hukum yang jelas.
“Pembelaan kita dan keberpihakan kita bukan pada ajaran komunismenya, namun pada sisi kemanusiaanya itulah yang kita harus bela”. Menurut Kang Tohari dengan pembawaanya yang begitu tenang.
Sebagai seorang penulis, Kang Tohari juga merupakan anak dari seorang Kyai Pesantren di Desa Tinggarjaya Jatilawang, Banyumas. Dan menurut penulis, Kang Tohari banyaknya juga terinspirasi atas sikap “kelegowoan” dan “kesederhanaan” khas orang desa dalam bermasyarakat dan beragama.
Selain buku Kubah, ada satu buku yang fenomenal juga lahir dari coretan tangan beliau. Buku yang telah di terjemahkan kedalam lima bahasa asing dan di filmkan dilayar lebar Indonesia. Yakni buku Ronggeng Dukuh Paruk.
Ada fakta menarik yang disampaikan oleh beliau, setelah buku Ronggeng ini di kenal dimana mana. Banyak yang menanyakan perihal kepribadian beliau yang tidak pantas.Sebab terlahir sebagai seorang kyai, dengan sebutan dan pertanyaan “anak kyai kok nulise Ronggeng, Ronggengkan wong sing senengane zina”. Pertanyaan semacam ini di tanyakan banyak orang di berbagai forum.
Juga pernah suatu ketika ada seorang kyai yang sengajamengadu kepada ayah beliau secara langsung “Kang Tohari kenangapa sih, kok nulise cerita ronggeng”?, yang menurut beliau pada waktu itu ayahnya tidak menjawab, tetapi justru karenanya dipanggilah Kang Tohari oleh ayahnya untuk menjelaskan.
Kang Tohari yang sebab sejak kecil juga mengenyam pendidikan agama dari pesantren ayahnya, beliau menjelaskan “lah ya jenengankan kyai, jenengan pasti tau ada ayat Al-Quran yang isinya menjelaskan, “lahu ma fissamawati wa ma fil ard”, segala apapun yang ada dilangit dan dibumi itu adalah milik Allah. Berarti kalo di bumi, isinya bukan hanya orang islam saja mbok? Ronggeng juga ada dibumikan? Berarti ronggeng itu milik siapa? Berani mengatakan kalo Ronggeng itu bukan milik Allah juga? Dengan tersenyum Kang Tohari menceritakan kisahnya.
Meskipun tidak tersurat secara langsung, sebenarnya Kang Tohari dari setiap tulisannya baik novel maupun cerpen tersirat sedang mengajarkan prinsip prinsip ajaran islam. Berulangkali Kang Tohari mengutip ajaran nabi yang mengajarkan, “carilah aku ditubuh orang orang yang tertindas. Jenguklah aku ditubuh orang orang yang sedang sakit. Aku berada dipunggung orang orang miskin”. Itulah kenapa saya menulis orang orang kecil, orang orang yang serba kekurangan, karena saya sedang mencari Tuhan di tubuh mereka. Tutur beliau.
Selain acara bedah buku, acara yang di inisiasi kawan kawan Pers juga mengadakan pelantikan kepengurusan baru periode 2024-2025. Sebab itu pulalah, semoga ini menjadi jembatan awal untuk menyebrangi banyak pengalaman dan pengetahuan bagi kawan kawan Pers dimasa masa jabatannya.
Yang pastinya akan menemukan kegetiran hidup berorganisasi seperti yang dirasakan oleh Karman. Kesedihan dan rasa malu yang dirasakan oleh Marni. Dan jika mau bersabar serta legowo seperti Haji Bakir, Insya allah akan menjadi sesuatu yang indah seperti indahnya cerita Karman diterima kembali oleh warga desanya. Dan berbuatlah sebisa mungkin apapun yang bisa diperbuat di organisasi. Seperti Karman membuat Kubah sebagai simbol keagungan mensyukuri nikmat hidup yang telah diberikan kepadanya.
Minggu, 29 September 2024
Penulis: Khusnul Aqib (Alumni LPM Tanpa Titik)
Editor: Anggun Mahadewi