Dialektika Hegelian, dengan fokus pada proses pertentangan ide dan perkembangan pemikiran melalui konflik, memberikan alat yang berguna untuk mengevaluasi dan mengatasi keseragaman pikiran serta kurangnya independensi ide.
Lalu, apa itu dialektika? Merujuk pada KBBI adalah bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki sesuatu. Kita akan mencoba melemparkan pengertian KBBI ini terhadap model dalam sebuah institusi penddidikan untuk mencoba merefleksikan pikiran.
Sedangkan menurut Hegelian, dialektika merupakan metode berpikir yang menekankan perkembangan ide melalui proses kontradiksi dan resolusi. Menurut Hegel, perkembangan pemikiran tidak terjadi secara linier atau statis, melainkan melalui dialektika, yaitu proses tesis (ide awal), antitesis (kontradiksi atau penyangkalan tesis), dan sintesis (resolusi dari kontradiksi yang membawa kepada perkembangan ide yang lebih tinggi).
Dalam pandangan Hegel, dialektika adalah cara bagaimana ide dan konsep berkembang dan menyempurnakan diri dalam konteks pertentangan dan konflik.
Manusia dalam pandangan Hegel adalah mereka yang mampu mengatasi paradoksitas sebuah problem untuk menemukan benang merahnya secara koheren yang mempunya integritas tinggi. Hal ini hanya akan terjadi jika seseorang mampu untuk menerjang batasan dalam alam pikirnya untuk mengeksplorasi sebuah pikiran-pikiran yang terefleksi dari tesis dan antitesis.
Akhir-akhir ini diskursus intelektual lebih mengedepankan homogen intelektual yang menyebabkan ejakulasi etika dalam bersikap. Dalam sebuah khasanah disiplin ilmu, bertengkar melalui ide adalah akhlak terbaik, sebagaimana pemain sepak bola, walaupun bertarung dengan tim yang lebih tua maka tim muda tetap wajib melakukan pertandingan dengan rule game yang ditetapkan oleh sebuah aturan.
Maka sangat penting bagi seseorang memiliki dialektika dalam sebuah gagasan agar memiliki simulasi yang teruji dan terukur. Dari pikiran ini akan melahirkan ide-ide besar agar saat mengimplementasikan sesuatu tidak hanya sebatas legal formal belaka.
Dialegtika sendiri tentu bukan suatu hal keajaiban Tuhan yang datang secara tiba-tiba. Semua perlu dilatih dengan cara berpikir radikal (mendalam), liberal (membebaskan belenggu) dan filosofis (morality).
Mula-mula bertanya ontologi lalu terminologi kemudian epistemologi sampai aksiologi, terus mengulang dan terulang-ulang. Tesis dan atitises, salah dan benar, baik dan buruk, terus menerus menuju sistesis atau pener (tepat).
Sintesis dalam dialektika Hegelian menawarkan resolusi terhadap konflik antara keseragaman pikiran dan kurangnya ide independen. Sintesis ini adalah proses di mana pertentangan antara ide-ide yang ada mengarah pada perkembangan pemikiran yang lebih kompleks dan dinamis. Biarkan pikiran seperti alam raya yang memiliki kebebasan independen untuk menemukan batasannya secara nalar rasional.
Dalam konteks ini, sintesis tersebut mencakup penilaian kritis terhadap pandangan dominan serta eksplorasi ide-ide alternatif. Ini memerlukan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami kontradiksi dalam pemikiran serta mengintegrasikannya ke dalam pandangan yang lebih luas dan lebih inklusif.
Untuk mencapai sintesis, individu perlu mengembangkan kapasitas untuk berpikir kritis dan reflektif. Tentu kritis dan refleksi yang mengedepankan nilai kehidupan termulia dengan segala dinamikanya.
Nalar kritis dan reflektif juga termasuk keterampilan untuk mengajukan pertanyaan yang mendalam, mengevaluasi berbagai perspektif, dan menghadapi ketidakpastian dengan terbuka.
Dalam pendidikan dan pelatihan intelektual, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung debat terbuka, diskusi kritis, dan eksplorasi ide-ide baru.
Penerapan dialektika Hegelian dalam konteks pendidikan dan masyarakat dapat membantu mengatasi keseragaman pikiran dan mendorong pengembangan ide-ide independen.
Pendidikan harus dirancang untuk menantang siswa dengan berbagai perspektif dan mendorong mereka untuk berpikir kritis. Dalam masyarakat, dialog terbuka dan pertukaran ide yang inklusif dapat membantu memecahkan keseragaman dan memfasilitasi perkembangan pemikiran yang lebih dinamis.
Kritik terhadap keseragaman pikiran dan kekurangan ide independen berdasarkan dialektika Hegelian menunjukkan pentingnya menghadapi kontradiksi dan konflik sebagai bagian dari proses perkembangan pemikiran.
Dengan memahami dan mengintegrasikan pandangan ini, kita dapat menciptakan ruang yang lebih produktif untuk kreativitas dan inovasi, baik dalam konteks pendidikan maupun dalam masyarakat luas.
Penulis: Moh. Azam Khoeruman