NewsWorld

Khamenei Ungkap Tujuan Terselubung Serangan Israel: Ingin Guncang Fondasi Republik Islam


Serangan Israel & Tuduhan “Rezim Change”

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut serangan udara Israel selama 12 hari di bulan Juni bukan sekadar soal menghambat program nuklir. Menurutnya, ada tujuan terselubung lebih dalam: yakni mengguncang sistem dan legitimasi pemerintahan Iran. Ini bukan hanya menargetkan fasilitas nuklir, tetapi juga mencoba “membongkar fondasi politik dan ideologi Republik Islam”.


Serangan yang Tak Hanya Militer, Melainkan Politik

Menurut Khamenei, Israel tak hanya menyerang pusat nuklir seperti Natanz dan Arak. Ia menuding ada upaya sistematis menembus struktur negara—“membongkar jaringan keamanan, menghancurkan simbol pemerintahan, bahkan melemahkan moral publik” .

Langkah Israel ini, dalam pandangan Iran, jelas menunjukkan wujud logradouro operasi geopolitik yang bertujuan melemahkan kepercayaan rakyat terhadap rezim.


Ancaman Terhadap Kepemimpinan dan Ideologi

Lebih lanjut, Khamenei mengungkap kekhawatiran bahwa serangan ini bisa menginspirasi kekuatan oposisi—baik di dalam negeri maupun diaspora—untuk melanjutkan narasi keruntuhan rezim. Ini adalah perang psikologis untuk menanamkan ketakutan tentang ketidakmampuan negara melindungi tokoh kuncinya.


“Cara Modern Menggulingkan Pemerintahan”

Khamenei menyamakan skenario ini dengan metode “timing strike”—bukan hanya bom, melainkan simbol dan struktur negara yang menjadi sasaran, seperti infrastruktur militer dan keamanan. Ini, menurutnya, dirancang untuk menciptakan efek domino politik di tengah masyarakat.—sebuah strategi yang lebih berbahaya dibanding serangan nuklir langsung .


Reaksi Balasan & Siap Perang Panjang

Menanggapi ancaman ini, Khamenei menegaskan bahwa Iran siap melawan kembali—baik secara militer maupun diplomatis. Ia memuji serangan balasan drone dan rudal Iran sebagai tanda bahwa negeri ini tidak tergoyahkan.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa Israel telah melewati batas, yakni mencoba “membunuh cita-cita revolusi” dan bukan hanya musuh negara semata.


Konteks Geopolitik & Resolusi Jangka Panjang

Perang Iran–Israel telah berevolusi menjadi konflik ideologis:

  • Israel menuding Iran terus mengembangkan senjata pemusnah massal dan mendukung teroris proksi .
  • Israel juga pernah disebut hendak melakukan “rezim change” dengan membunuh Khamenei atau Presiden Pezeshkian, meskipun usaha tersebut gagal.
  • Iran kala ini mendorong perlawanan berlapis, baik melalui militer seperti Korps Garda Revolusi dan proxy seperti Hizbullah maupun diplomasi strategis.

Historis: Strategi “Axis of Resistance” Iran

Khamenei selama ini menegaskan sebagai bagian dari “Axis of Resistance” yang punya strategi jangka panjang untuk menantang Israel, melalui tekanan militer dan diplomatik .
Tujuannya bukan perang konvensional, tetapi membuat Israel terjebak dalam konflik yang tak berujung—menguji kesabaran dan sumber daya musuh.


Pokok Inti Pernyataan Khamenei

Berikut poin krusial dari pidato Khamenei:

  • Serangan Israel bersifat politik dan strategis, bukan hanya militer.
  • Israel hendak membuat negara Iran terpecah—memicu krisis legitimasi.
  • Iran siap demo-reaksi: militer, proxy, dan diplomasi.
  • Ancaman ini jadi bahan diskusi di parlemen Iran—tentang negosiasi nuklir.

Dampak Terhadap Negosiasi Nuklir

Klaim Khamenei memperkuat argumen Iran agar negosiasi nuklir kembali dengan posisi kuat. Ia mewanti-wanti bahwa tekanan militer bukan solusi diplomatik—bahkan bisa menimbulkan ketidakpercayaan publik .


Menanti Respons Dunia Internasional

Serangan Israel dan tuduhan Iran menjadi perhatian global:

  • Amerika Serikat menyebut serangan itu untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir .
  • Eropa dan PBB menyerukan meredam ketegangan dan mendorong dialog nuklir .
  • Rusia dan China mengingatkan agar konflik tidak menjadi konflik skala besar .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *