NewsTravelWorld

Saat Jalur Udara Jadi Pilihan Utama Kirim Bantuan ke Gaza

Kondisi kelaparan di Jalur Gaza memaksa negara-negara internasional mengandalkan jalur udara (airdrop) sebagai satu-satunya opsi pengiriman bantuan kemanusiaan yang bisa masuk tanpa hambatan langsung darat. Situasi ini semakin mendesak sejak 2 Maret 2025, ketika Israel memblokade total jalur darat masuk ke Gaza—menghentikan pasokan makanan, medis, bahan bakar, dan air.

🛫 Israel Buka Akses Airdrop Kemanusiaan

Mulai 25 Juli 2025, Israel secara resmi mengizinkan negara asing menyampaikan bantuan lewat udara. Beberapa negara yang disebut siap membantu antara lain Yordania, Uni Emirat Arab, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris. Airdrop telah dilakukan beberapa kali, termasuk misi-spesifik dari Yordania awal Agustus.

🌍 Negara-negara Pelaksana Airdrop & Data Operasional

  • Yordania dan UEA telah melaksanakan airdrop tiga kali dalam minggu terakhir Juli 2025.
  • Prancis memimpin empat penerbangan yang membawa total 40 ton bantuan makanan dan obat-obatan, masing-masing pesawat mengangkut sekitar 10 ton.
  • Spanyol menjatuhkan 12 ton makanan menggunakan 24 kotak berparasute, cukup untuk sekitar 11.000 orang.
  • Britania Raya, setelah diskusi dengan pemimpin Eropa lainnya, juga ikut rencana airdrop sekaligus evakuasi anak sakit Gaza.

⚠️ Kritikan terhadap Airdrop: Efektivitas, Bahaya & Ketidakefektifan

Organisasi kemanusiaan internasional menilai airdrop bukan solusi utama. Masalah yang disoroti antara lain:

  • Kapasitas terbatas—tidak sebanding dengan kebutuhan Gaza sekitar 500‑600 truk per hari yang dibutuhkan.
  • Distribusi yang tidak presisi berisiko fatal, termasuk insiden palet bantuan yang jatuh dan melukai penduduk di kawasan padat penduduk.
  • Airdrop malah mengalihkan tekanan kepada solusi yang lebih kuat—akses darat penuh melalui jalur darat yang aman dan terlindungi. PBB dan lembaga kemanusiaan mendesak agar akses darat tidak lagi dibatasi.

🚚 Koridor Darat & Istirahat Taktis Penyelesaian Logistik

Israel juga menetapkan jelang jam aman harian (tactical pause) antara pukul 06.00–23.00 (atau 10.00–20.00) di zona tertentu untuk memperlancar konvoi bantuan darat UN dan lembaga kemanusiaan. Namun distribusi tetap terkendala prosedur birokrasi yang ketat dan risiko keamanan.

💔 Dampak Nyata di Gaza: Kelaparan, Malnutrisi & Korban Jiwa

Kondisi nyata di Gaza sangat mengkhawatirkan:

  • Laporan UN dan World Food Programme menyebut lebih dari sepertiga penduduk Gaza belum makan selama beberapa hari. Ribuan anak menderita malnutrisi parah, sebagian bahkan meninggal.
  • Insiden penembakan warga yang mengantre bantuan di lokasi distribusi yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) mencatat lebih dari 1.054 warga tewas per akhir Juli 2025. Sebagian besar korban terjadi saat masa pengambilan bantuan.
  • Kuburan sementara manusia membutuhkan audit independen — UN menyebut mekanisme GHF sebagai “death trap” dan menuntut penutupan segera organisasi tersebut.

Diplomasi Internasional & Tekanan Politik

Beberapa pemerintah dan tokoh mendesak perubahan kebijakan:

  • Presiden Macron (Prancis) mendorong pengakuan negara Palestina dan meminta Israel membuka pintu penuh bantuan darat.
  • PM Keir Starmer (UK) menegaskan rencana airdrop dan evakuasi anak sakit Gaza tetap berjalan, sembari mengecam krisis sebagai tragedi besar.
  • Seruan global datang dari lebih dari 20 negara anggota UE yang meminta gencatan senjata dan penghentian blokade.

🔍 Harapan & Tantangan ke Depan

Airdrop kini diberikan sebagai opsi darurat, bukan solusi permanen. Semua pihak konsensus bahwa hanya akses darat dan laut penuh yang mampu menjamin distribusi bantuan yang efektif dan aman ke seluruh Gaza. Bantuan udara hanya memberikan sedikit lega, namun belum memecahkan krisis kelaparan dan kematian massal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *