CEO Hermès Kesal Tas Birkin Dijual Reseller: Eksklusivitas Merek Terancam
CEO Hermès, Axel Dumas, menyampaikan kekesalannya karena semakin banyak tas Birkin baru yang muncul di pasar sekunder melalui reseller. Ia menilai praktik tersebut membahayakan eksklusivitas pelanggan sejati dan mengganggu citra merek kelas atasnya.

🔍 Kekesalan CEO di Laporan Keuangan Q2 2025
Dalam panggilan pendapatan kuartal kedua 2025, Dumas menyatakan bahwa kehadiran pembeli “tidak sejati”—orang yang membeli Birkin hanya untuk dijual kembali—menghalangi akses pelanggan loyal di toko resmi. “Saya tidak senang melihat adanya Birkin baru dijual di pasar kedua… itu benar-benar membuat saya tidak mood,” ujarnya.
🎯 Ancaman Bagi Strategi Eksklusivitas Hermès
Hermès secara selektif membatasi produksi Birkins setiap tahunnya (sekitar 6–7%), menciptakan kelangkaan yang disengaja. Dengan cara ini, merek menangkal inflasi nilai dan mempertahankan aura kemewahan tinggi yang sulit disamai merek lain.
Praktik resale yang berkembang pesat—dengan banyak Birkin terjual jauh di atas harga eceran, bahkan di atas $30.000—selama ini menguntungkan penjual pihak ketiga tapi justru membangkitkan kegelisahan di internal Hermès. Pasalnya, setiap transaksi yang terjadi di luar jaringan resmi tidak mendatangkan nilai tambah apa pun bagi perusahaan.
⚖️ Implikasi Bisnis dan Hukum
- Hermès sedang menghadapi gugatan hukum di AS terkait dugaan pelanggaran antitrust—pelapor menyebut adanya strategi “tying” yang mewajibkan pembelian produk lain sebelum memperoleh kesempatan membeli Birkin. Hermès membantah hal tersebut.
- Model penjualan tertutup, di mana pelanggan dianggap “layak” berdasarkan riwayat belanja sebelumnya, disebut menimbulkan kontrol eksklusif atas akses Birkin. Praktik ini tertutup dan kerap dipermasalahkan, terutama di depan hukum persaingan usaha.
💼 Dampak Pada Pelanggan dan Brand Image
Menurut Dumas, reseller yang membeli untuk menggandakan keuntungan merusak proses hubungan personal Hermès dengan pelanggan loyal. Konsep “real customers” yang dibangun selama puluhan tahun oleh merek itu kini terganggu oleh sistem pasar bebas nggak terkendali.
Pelanggan loyal yang telah membangun hubungan di butik bisa saja tidak dilayani karena stok terbatas yang digunakan pihak lain hanya untuk flip (jual kembali). Hal tersebut menimbulkan frustrasi dan dilema bagi Hermès dalam menjaga citra dan integritas komersial mereknya.
📊 Ringkasan Inti
Aspek | Rincian |
---|---|
Masalah utama | CEO Hermès frustrasi melihat tas baru Birkin muncul di pasar reseller |
Alasan kekhawatiran | Reseller mengganggu akses pelanggan loyal, melemahkan eksklusivitas merek |
Kelangkaan terencana | Produksi terbatas 6–7% per tahun untuk menjaga nilai dan kualitas |
Masalah hukum terkait | Gugatan antitrust atas strategi tying bagi pembeli Birkin di AS |
Risiko bagi Hermès | Kehilangan kontrol narasi merek dan potensi merugikan hubungan jangka panjang |
✅ Kesimpulan
CEO Hermès, Axel Dumas, secara terbuka menegaskan bahwa kehadiran Birkin baru di pasar sekunder melalui reseller menurunkan eksklusivitas merek dan menghalangi interaksi langsung dengan pelanggan loyal. Hermès pun tetap mempertahankan model pasar tertutup dan kelangkaan produk sebagai strategi inti. Meski pemasukan dari resale tidak masuk kantong perusahaan, pertumbuhan pasar sekunder dianggap membahayakan nilai simbolik lama yang dibangun melalui kualitas, storytelling, dan kemisteriusan produksi. Hermès harus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan penjualan dan perlindungan citra ultra-luxury di era digital dan akses resale global.