Kenapa Ekonomi Singapura Tumbuh 4,4 Persen, Beda dengan Indonesia?
Ekonomi Singapura mencetak angka pertumbuhan yang patut diperhitungkan: 4,4 % secara tahunan (year-on-year) pada kuartal II 2025, melebihi perkiraan awal sebesar 4,3 %. Pada basis kuartal per kuartal (seasonally-adjusted), ekonomi juga tumbuh positif sebesar 1,4 %, setelah kontraksi 0,5 % di kuartal sebelumnya.
Faktor Pendorong Pertumbuhan Singapura
1. Lonjakan Ekspor
Sektor dagang grosir dan jasa transportasi mengalami lonjakan signifikan karena aktivitas front-loading—export dipercepat menjelang penerapan tarif AS baru.
2. Sektor Manufaktur & Real Estat Tangguh
Sektor industri pengolahan juga tumbuh sehat. Selain itu, subsektor keuangan, asuransi, serta real estate turut menyumbang energi ekonomi positif Singapura.
3. Revisi Proyeksi Ekonomi Tahun Penuh
Kinerja positif paruh pertama membuat Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) merevisi proyeksi GDP 2025 naik menjadi 1,5–2,5 %, dari sebelumnya 0–2 %.
Tantangan yang Menghantui Paruh Kedua Tahun
Ketergantungan pada Ekspor & Tarif AS
Sektor ekspor non-minyak diperkirakan tumbuh 1–3 %. Namun, risiko kembali melambat ketika tarif AS diberlakukan lagi sejak 7 Agustus.
Penurunan Momentum Ekonomi Global
Bank sentral Singapura (MAS) memperingatkan perlambatan di paruh kedua karena ketidakpastian global, terutama dari perang tarif dan geopolitik.

Perbandingan Singkat dengan Indonesia
Aspek | Singapura (Q2 2025) | Indonesia |
---|---|---|
Pertumbuhan QoQ | +1,4 % (Q1 negatif) | (Butuh data untuk perbandingan) |
Sektor Penggerak | Ekspor, manufaktur, keuangan, real estat | Tergantung data terbaru |
Risiko Eksternal | Tarif AS, ketegangan perdagangan | Domestik dan global |
Forecast Tahun Penuh | 1,5 – 2,5 % | (Butuh data resmi) |
Kesimpulan
Pertumbuhan Singapura sebesar 4,4 % di Q2 2025 dicapai lewat dinamika ekspor yang cepat, sektor manufaktur dan real estat yang kuat, serta respons cepat pemerintah terhadap peluang ekonomi. Namun, kondisi ekonomi global yang belum stabil termasuk tarif AS menjadi tantangan di paruh kedua tahun.
Perbandingan lengkap dengan situasi di Indonesia tidak hanya mengandalkan angka, tapi juga harus mempertimbangkan perbedaan struktur ekonomi, sumber pertumbuhan, dan tantangan khusus setiap negara.