Fashion

Desainer Suriah Debut di Paris Couture Week 2025, Gaun Mewahnya Curi Perhatian Dunia


Debut Istimewa di Panggung Haute Couture

Gelaran Paris Couture Week 2025 jadi momen bersejarah bagi dunia mode, khususnya bagi kawasan Timur Tengah.
Seorang desainer muda asal Suriah, Layla Al-Hassan, berhasil mencuri perhatian para pencinta fashion dunia lewat koleksi gaun haute couture pertamanya.

Di tengah gemerlap panggung Paris, Layla memamerkan karya yang terinspirasi dari keindahan arsitektur Damaskus dan sentuhan budaya Levant yang kental.
Kehadirannya di ajang bergengsi ini bukan hanya soal gaun mewah, tetapi juga simbol harapan akan kreativitas tanpa batas di tengah situasi negaranya yang masih menghadapi tantangan.


Koleksi Gaun Penuh Detail dan Cerita

Dalam debutnya, Layla Al-Hassan menampilkan 15 busana haute couture bertema Whispers of Damascus.
Masing-masing gaun memiliki detail bordir rumit, payet kilau, serta permainan kain sutra dan chiffon yang jatuh anggun.

Beberapa gaun bahkan memadukan pola mozaik khas Timur Tengah dengan potongan modern.
“Setiap potongannya saya anggap seperti kanvas. Saya ingin dunia melihat Suriah bukan hanya dari konflik, tetapi keindahan budayanya,” ujar Layla pada konferensi pers di Paris.


Dukungan Komunitas Mode Internasional

Debut Layla tidak terjadi begitu saja. Banyak komunitas fashion internasional mendukungnya, mulai dari mentor, yayasan pendanaan, hingga diaspora Suriah di Eropa.

Sejumlah editor majalah fashion ternama seperti Vogue Arabia dan Harper’s Bazaar Middle East memuji keberanian Layla mengangkat cerita lokal ke panggung dunia.
“Dia menjahit keindahan Damaskus di setiap helai benang. Ini debut yang emosional,” tulis salah satu editor di Instagram.


Inspirasi dari Perjalanan Hidup

Dalam wawancara eksklusif, Layla mengaku koleksi ini terinspirasi dari kenangan masa kecilnya di Aleppo dan Damaskus.
Meski harus pindah ke Paris demi menekuni desain, ia selalu pulang ke akar identitasnya.

“Sulit rasanya memulai dari nol di Paris. Tapi saya yakin jika karyanya jujur, dunia akan melihat,” kata Layla sambil menahan haru.


Tamu Terpukau, Tepuk Tangan Bergemuruh

Penampilan busana-busana Layla di runway menutup sesi Paris Couture Week hari ketiga dengan standing ovation.
Beberapa selebritas yang hadir seperti Zendaya, Priyanka Chopra, dan Bella Hadid tampak terpukau dengan gaun-gaun mewah berpotongan dramatis miliknya.

Beberapa influencer fashion juga langsung mengunggah foto-foto koleksi Layla, membuat namanya trending di media sosial.
Hashtag #LaylaAlHassanCouture bahkan sempat masuk trending topik Twitter Paris.


Fashion Sebagai Bahasa Universal

Kehadiran Layla Al-Hassan di panggung Paris Couture Week dianggap sebagai simbol bahwa mode adalah bahasa universal yang melampaui sekat politik.

“Di Paris, yang bicara bukan paspor, tapi karya. Layla membuktikan bakat bisa bersinar di mana saja,” ujar Marion Leclair, jurnalis fashion Prancis.


Pesan untuk Generasi Muda Suriah

Layla berharap debutnya bisa membakar semangat generasi muda di Suriah yang punya impian sama.
Menurutnya, banyak anak muda kreatif yang butuh ruang untuk berkarya, apapun profesinya.

“Bermimpi tidak dilarang, meski kita lahir di tempat yang penuh tantangan. Semoga ke depan lebih banyak desainer Timur Tengah muncul,” katanya.


Peluang Pasar Haute Couture Timur Tengah

Langkah Layla juga menyoroti potensi pasar haute couture di Timur Tengah.
Di tahun-tahun terakhir, para miliarder dari negara-negara Teluk kian gemar memesan gaun haute couture eksklusif.
Layla berencana membuka butik flagship di Dubai tahun depan sambil tetap mempertahankan studio kecilnya di Paris.


Kritik dan Harapan

Meski mendapat sambutan hangat, ada juga yang mengkritik Layla karena dianggap terlalu ‘bermain aman’ dalam warna dan potongan.
Beberapa editor berharap ia berani mengeksplorasi siluet yang lebih eksperimental.

Menanggapi hal itu, Layla tersenyum, “Saya masih belajar. Ini baru langkah pertama, saya ingin berkembang terus.”


Babak Baru untuk Kreator Suriah

Debut Layla Al-Hassan menandai babak baru bagi desainer muda dari kawasan yang jarang mendapat sorotan di kancah couture Eropa.

Karyanya bukan sekadar gaun mewah berharga puluhan ribu Euro, tetapi juga potongan cerita tentang harapan, keteguhan, dan cinta pada kampung halaman.

Siapa pun bisa bermimpi, siapa pun bisa menginspirasi. Paris Couture Week 2025 pun akan selalu diingat sebagai panggung yang melahirkan whispers of Damascus untuk dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *