Kim Jong Un Nyatakan Dukungan Penuh untuk Rusia dalam Konflik Ukraina
Pernyataan Terbuka Korea Utara
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, kembali menarik perhatian dunia internasional usai menyatakan dukungan penuh terhadap Rusia terkait konflik yang masih berlangsung di Ukraina.
Dalam pernyataan resminya, Kim menegaskan bahwa Rusia berhak mempertahankan kepentingan strategisnya dan Korea Utara akan selalu berdiri di sisi Moskow.
Pernyataan ini disampaikan Kim Jong Un dalam rangka peringatan hubungan bilateral Korea Utara–Rusia yang memasuki dekade ke-75. Pidato Kim dihadiri pejabat tinggi Korut dan duta besar Rusia untuk Pyongyang.
Alasan Korea Utara Dukung Rusia
Bukan rahasia lagi, hubungan Pyongyang dan Moskow memang terjalin erat sejak era Perang Dingin. Dukungan Kim Jong Un untuk Rusia dinilai sebagai wujud kelanjutan ‘persaudaraan ideologis’ yang menentang hegemoni Barat.
Dalam pidatonya, Kim menyebut bahwa Amerika Serikat dan NATO dianggap sebagai aktor utama yang terus memprovokasi Rusia di kawasan Eropa Timur.
“Rakyat Korea Utara akan selalu bersama rakyat Rusia dalam perjuangan melawan dominasi imperialis,” kata Kim Jong Un seperti dikutip Kompas Global.
Bentuk Dukungan: Retorika atau Bantuan Nyata?
Pertanyaan terbesar di kalangan analis internasional adalah: Apakah dukungan Korea Utara hanya sebatas retorika diplomasi, atau akan diwujudkan dalam bentuk bantuan militer nyata?
Sejauh ini, pihak Gedung Putih menilai belum ada tanda-tanda signifikan bahwa Korea Utara mengirim senjata ke Moskow. Namun laporan intelijen beberapa bulan terakhir menyebut adanya aktivitas logistik militer di wilayah perbatasan Korut–Rusia.
“Jika terbukti, ini akan memperumit upaya Barat menekan Rusia,” kata Michael Thompson, analis geopolitik di Brookings Institution.
Reaksi Ukraina dan Negara Barat
Pemerintah Ukraina lewat juru bicaranya mengecam pernyataan Kim Jong Un. Kyiv menilai dukungan ini menjadi bukti nyata blok ‘anti-Barat’ yang terus berupaya memecah solidaritas negara-negara NATO.
“Ukraina akan tetap berjuang mempertahankan wilayahnya. Siapapun yang mendukung agresi Rusia akan dicatat sejarah,” tegasnya.
Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa menganggap pernyataan Kim sebagai langkah provokatif. Pemerintah AS juga memperingatkan Korea Utara agar tidak melanggar sanksi internasional dengan memasok senjata ke Rusia.
Hubungan Rusia–Korea Utara Makin Mesra
Pakar hubungan internasional menyebut hubungan Moskow–Pyongyang semakin erat seiring isolasi Rusia di panggung Barat. Dengan sanksi ekonomi dan politik yang semakin ketat, Rusia berupaya merangkul sekutu-sekutu tradisionalnya, termasuk Korea Utara dan Iran.
Sebagai imbal balik, Korea Utara diuntungkan lewat potensi kerja sama pangan, energi, dan teknologi. Beberapa laporan menyebut Rusia membantu Korut dalam pengembangan pertanian di tengah krisis pangan.
“Korut mendapat dukungan, Rusia mendapat legitimasi moral. Mereka saling mengisi di saat sama-sama diisolasi Barat,” ujar Joseph Chang, pengamat Asia Timur.
Imbas ke Kawasan Asia Timur
Pernyataan Kim Jong Un ini juga menimbulkan ketegangan baru di kawasan Asia Timur. Jepang dan Korea Selatan menyatakan waspada terhadap setiap kemungkinan peningkatan aktivitas militer di Semenanjung Korea.
Korsel menilai manuver Kim dapat memancing ketegangan lintas batas. Apalagi di saat bersamaan, Korea Utara terus memperlihatkan uji coba rudal balistik.
“Dukungan ke Rusia bisa jadi alasan Korut meningkatkan program senjatanya dengan dalih solidaritas geopolitik,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Posisi China dalam Isu Ini
China yang sering disebut sebagai ‘kakak besar’ Korut menanggapi lebih hati-hati. Beijing menyatakan tetap mendukung penyelesaian damai di Ukraina, meski di lapangan sikapnya kerap ambigu.
Beberapa diplomat menilai China tidak ingin terseret lebih dalam mendukung invasi Rusia secara terbuka, apalagi jika Korea Utara terbukti memasok amunisi.
“China cenderung membiarkan Kim bicara keras sebagai bargaining, tapi tidak mau terlibat langsung,” tulis Global Times dalam editorialnya.
Penguatan Sanksi dan Tekanan Internasional
Di sisi lain, Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan kembali membahas sanksi tambahan jika ada bukti pengiriman senjata Korut ke Rusia. Sejauh ini, Korea Utara sudah dikenai beragam sanksi terkait program nuklirnya.
Namun, para pengamat skeptis bahwa sanksi akan efektif 100%. Dengan Rusia sebagai jalur alternatif, Korea Utara bisa memanfaatkan celah ekonomi meski jalur legal ditutup.
Dunia Kian Terbelah
Dukungan terbuka Kim Jong Un terhadap Rusia menjadi penanda baru bagaimana blok geopolitik global makin jelas terbelah. Bagi Ukraina dan sekutu NATO, hal ini memperpanjang kompleksitas perang yang sudah melelahkan dunia.
Sementara bagi Korea Utara, dukungan ini bukan hanya simbol solidaritas ideologi, tetapi juga kalkulasi untuk mendapat ‘keuntungan’ strategis di tengah isolasi panjang.
Satu hal pasti, panggung geopolitik tidak akan pernah sama lagi.