Sutradara Ungkap Kenapa Merah Putih: One for All Hanya Tayang di 16 Layar Bioskop
Film animasi Merah Putih: One for All akan memulai debutnya pada 14 Agustus mendatang. Namun, sutradara sekaligus produser eksekutif Endiarto menyampaikan bahwa film tersebut hanya dapat ditayangkan di 16 layar bioskop, bukan ratusan seperti film besar lainnya karena keterbatasan dana produksi.
Alasan Utama: Biaya Paket Digital & Poster
Endiarto menjelaskan, meski dukungan dan permintaan dari berbagai jaringan bioskop cukup besar, keterbatasan dana membuat distribusi film ini terkendala teknis:
“Biaya yang paling gede buat kami yang tidak bisa dibayar terima kasih apa? DCP sama poster. Itu yang harus kita bayar.”
Digital Cinema Package (DCP) dan pembuatan poster fisik adalah dua komponen penting yang tidak bisa dinegosiasikan, dan menjadi penghalang utama dalam memperluas jangkauan penayangan.

Andai Dana Memadai, Bisa Tayang di 400 Layar
Endiarto dengan nada menyesal menyampaikan:
“Kalau ada (anggaran Rp 6,7 miliar), saya enggak akan, hari ini bisa tayang 400 layar.”
Komentar ini memberikan gambaran betapa besar potensi cakupan penonton yang terhambat oleh minimnya anggaran mendistribusi film, bukan karena minat pasar rendah.
Tantangan Peluncuran dalam Skala Terbatas
Distribusi terbatas ini tentu menjadi tantangan serius, terutama mengingat film mengangkat tema kebangsaan dan dimaksudkan sebagai bagian dari perayaan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI. Penayangan di hanya 16 layar berpotensi membatasi pengaruh dan pesan persatuan yang ingin disampaikan film ini pada khalayak luas.
Ringkasan Singkat
Aspek Utama | Penjelasan |
---|---|
Jumlah Layar Tayang | Hanya 16 layar bioskop |
Tantangan Terbesarnya | Biaya DCP dan poster distribusi |
Potensi jika Dana Cukup | Bisa ditayangkan di hingga 400 layar |
Impak | Jangkauan pesan nasional terbatas karena faktor finansial distribusi |
Kesimpulan
Distribusi terbatas Merah Putih: One for All menggambarkan realitas keras industri film nasional bahwa keterbatasan dana bisa menjadi hambatan besar meski niat dan kontennya baik. Untuk masa depan, diperlukan dukungan lebih sistemik agar film bertema kebangsaan bisa menyentuh penonton lebih luas, tidak hanya sebatas simbol di layar terbatas.