Makna Jeans untuk dr. Tirta: Tak Dicuci Hingga Setahun untuk Warna yang Pudar Alami
dr. Tirta, dokter sekaligus influencer gaya hidup, mengungkap kebiasaan uniknya dalam menjaga tampilan jeans kegemarannya. Ia memperbolehkan jeans terkena debu dan kotoran hingga setahun tanpa dicuci, demi menciptakan karakter pudar alami yang disebutnya sebagai “seni” sebuah pakaian—yang merekam cerita pemakainya secara personal.

Alasan di Balik “Jeans Tak Dicuci”
Dalam acara pembukaan butik BLEE di Lippo Mall Nusantara, Jakarta, dr. Tirta menjelaskan filosofi di balik kebiasaan ini:
“Tujuan kita nggak mencuci itu sebenarnya untuk meninggalkan potensi munculnya pudar di belakang lutut sama di dekat sepatu, itu akan seni banget. Biasanya dicucinya setelah setengah tahun atau tujuh bulan.”
Menurutnya, proses penggunaan sehari-hari yang menghasilkan pudar alami di titik-titik tertentu—seperti lutut atau pergelangan sepatu—adalah bagian dari keunikan jenis jeans yang dipakai. Ini dianggap sebagai jejak visual identitas pengguna.
“Bagiku jeans sebuah kisah yang memiliki keunikan. Kalau orang rajin make kerjaan, dia pudarnya akan sesuai dengan kerjaannya masing-masing. Contoh, orang yang biasanya make jeans buat tambang, itu nanti pudarnya akan berbeda dengan mekanik.”
Sehingga, mencuci terlalu sering akan merusak “kisah” visual yang terbentuk secara alami.
BLEE: Brand Raw Denim yang Mencerminkan Filosofi Ini
BLEE—lini fesyen baru dari Sroja Warna Indonesia (SWI)—mengusung konsep raw denim yang kuat dan timeless. Menurut Brand Manager BLEE, Farizky Putra:
“Denim-nya belum sempurna, tapi justru di situlah kekuatannya—dia akan membentuk dirinya sendiri sesuai dengan karakter penggunanya. Ini bukan hanya soal gaya, ini soal membentuk jati diri.”
Dalam koleksi perdana mereka, dipilih bahan seperti raw denim, kombinasi cotton premium, dengan model workwear dan detail grafis subtil yang menegaskan kesederhanaan sebagai bentuk pemberontakan.
Filosofi Jeans sebagai Catatan Hidup Si Pemakai
Penampilan jeans yang pudar secara natural mencerminkan berbagai kebiasaan dan lingkungan hidup pemakai—apakah mereka bekerja di tambang, bengkel, atau lingkungan kasual. Cerita visual mengenai profesi, hobi, atau aktivitas sehari-hari itu tercetak ke dalam noda dan pola pudar, menciptakan energi ritme hidup pribadi.
Menurut dr. Tirta, penggunaan jeans sebagai media ekspresif diri jauh lebih menarik ketimbang pakaian “sempurna” yang selalu tampak seperti baru. Metodenya: pakai terus, jangan terlalu sering dicuci, dan biarkan karakter jeans tumbuh bersama pengalaman hidup.
Ringkasan Inti
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Durasi tak dicuci | Hingga setahun, dengan umumnya mencuci setelah 6–7 bulan |
Alasan utama | Pudar alami membentuk keunikan dan cerita pemakaian |
Makna filosofis | Jeans sebagai jejak perjalanan—kisah hidup pribadi tersampaikan lewat kain |
Brand terkait | BLEE dari SWI, merefleksikan raw denim dan identitas pengguna |
Nilai artistik & gaya | Denim yang pudar tidak sempurna—malah menegaskan karakter dan keaslian |