Pernah Tiga Kali Ingin Akhiri Hidup, Olla Ramlan Kini Syukuri Fase Baru Hidupnya
Pendahuluan
Di balik sorotan panggung, karier, dan senyum yang sering terlihat di layar kaca, ada kisah yang lebih kelam dari apa yang publik lihat. Presenter dan selebritas Olla Ramlan baru-baru ini buka suara tentang masa-masa gelap dalam hidupnya: tiga kali terbesit niat mengakhiri hidup. Bukan sebagai sensasi semata, tapi sebagai ungkapan dari luka batin yang selama ini disimpan.
Sekarang, Olla menyebut dirinya dalam fase baru fase syukur, fase menjaga energi positif, dan fase memperkuat diri demi anak-anaknya. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri perjalanan emosionalnya, bagaimana ia menghadapi titik nadir, langkah-langkah pemulihan yang diambil, serta pesan untuk orang yang mungkin juga sedang bergulat dengan kesedihan.
Kronik Masa Lalu: Ketika Hidup Tak Lagi Sekadar Bahagia
Olla Ramlan secara terbuka mengungkap pengalamannya dalam sebuah tayangan di FYP Trans7. Ia menyebut bahwa niat akhir hidup pernah datang tiga kali dalam fase kehidupannya.
Beberapa poin penting dari pengakuannya:
- Ia menegaskan bahwa penderitaan batin yang dialami tidak banyak diketahui oleh orang di sekitarnya termasuk orang yang “melihatnya bahagia.” “Orang cuma melihat Olla seperti ini happy… di dalamnya cuma aku sama Allah yang tahu,” ujar Olla.
- Bahkan anak-anaknya, ia akui, tidak mengetahui betapa berat tekanan yang ia rasakan. Ia memilih tampil ceria agar kesedihannya tidak membebani mereka.
- Dalam pengakuannya di studio, tangis sempat pecah ketika ia menyebut bahwa selama ini luka dalamnya terasa sangat berat, jauh dari sorotan publik.
- Di satu titik, ia menyadari bahwa niat itu adalah sebuah kesalahan besar secara spiritual. Ia mengungkap sebagai “dosa terbesar” ketika berusaha mengakhiri hidup, dan menguatkan bahwa anak-anak menjadi motivasi kuatnya untuk bertahan.
Kisah ini membuka tabir bahwa selebritas pun tak kebal dari kecemasan, tekanan, dan rasa patah hati persoalan manusia yang universal.
Tubuh Baru, Pikiran Baru: Fase Kehidupan yang Berbeda
Setelah melalui titik kelamnya, Olla menyatakan bahwa ia kini berada di fase baru dalam hidupnya. Beberapa aspek yang ia soroti dalam “fase baru” ini:
Menjaga Lingkungan & Menyingkirkan Toxic
Olla menyebut bahwa dia kini lebih selektif dalam memilih lingkungan dan sahabat. “Teman-teman yang toxic, hubungan yang toxic, lebih baik aku mundur,” katanya.
Dengan mengurangi interaksi yang menguras energi dan memberi beban emosional, ia berharap bisa menjaga stabilitas batin dan kesehatan mental jangka panjang.
Fokus pada Anak-Anak sebagai Sumber Kekuatan
Baginya, anak-anak adalah alasan utama untuk terus bertahan. Olla menegaskan bahwa ketika ia meninggalkan dunia ini, ia ingin anak-anaknya sudah berada dalam kondisi tenang bukan hidup dibayangi ketidakpastian.
Hal ini menunjukkan bahwa meski ia mengalami luka batin yang dalam, cinta dan tanggung jawab sebagai ibu menjadi jangkar yang kuat.
Menampilkan Bahagia, Tapi Jujur di Balik Layar
Olla mengakui bahwa kebanyakan publik hanya melihat versi bahagianya padahal di balik layarnya ada perjuangan yang jarang diketahui orang. “Yang aku kasih lihat di sosial media itu bahagia,” ujarnya.
Sikap seperti ini bisa dianggap sebagai strategi bertahan menjaga privasi luka batin sambil tetap aktif dalam ruang publik.
Proses Pemulihan: Pelajaran dari Titik Terendah
Melewati masa ketika pikiran gelap menghampiri, Olla kini berbicara sedikit tentang proses pemulihan. Beberapa elemen yang tampak penting dalam prosesnya:
- Kesadaran spiritual: Olla menyebut bahwa menyadari bahwa pikiran mengakhiri hidup adalah “kesalahan besar” secara spiritual menjadi momen refleksi penting baginya.
- Dukungan jiwa & emosional: Meskipun ia tidak menyebut secara eksplisit terapis, lingkungan, sahabat dekat, dan keyakinan tampaknya menjadi penopang emosionalnya.
- Pengaturan ulang prioritas hidup: Mengurangi beban relasi negatif, memfokuskan energi pada aspek positif seperti keluarga dan pekerjaan, serta menjaga diri sendiri menjadi bagian nyata dari strategi hidup barunya.
- Keterbukaan sebagai bagian penyembuhan: Dengan membuka kisahnya, Olla turut menyuarakan bahwa masalah mental bukan aib, melainkan bagian dari kehidupan yang bisa diperjuangkan bersama.
Dampak & Respons Publik
Ketika seseorang publik mengungkap pengalaman semacam ini, publik sering bereaksi secara emosional. Respons terhadap pengakuan Olla:
- Banyak netizen menyampaikan empati, ucapan belasungkawa moral, serta dukungan agar ia terus kuat.
- Ada yang berbagi pengalaman serupa, merasa sedikit lega karena tak sendiri, bahwa artis pun punya luka batin.
- Sebagian media hiburan menyorot keberanian Olla membuka topik sensitif seperti percobaan bunuh diri, yang sering dianggap tabu.
- Juga muncul diskusi publik seputar kesehatan mental selebritas dan pentingnya transparansi emosi di media sosial bahwa “senyum di media sosial” tak selalu berarti “semua baik-baik saja”.

Pelajaran & Pesan Bagi Kita Semua
Kisah Olla membawa refleksi penting:
- Kesehatan mental adalah prioritas
Tidak ada orang yang kebal terhadap tekanan emosional. Mengakui bahwa kita butuh bantuan bukan tanda lemah, melainkan langkah awal menuju pemulihan. - Cinta keluarga bisa menjadi jangkar
Cinta kepada anak, tanggung jawab sebagai orang tua, atau perasaan ingin menjadi panutan bisa menjadi alasan kuat untuk bertahan di titik terendah. - Pilih lingkungan yang memberi, bukan menyedot energi
Menjaga jarak dari hubungan atau komunitas yang “tok” (toksik) bisa menyelamatkan kesehatan psikologis jangka panjang. - Berbagi kisah bukan sekadar pamer luka
Ketika publik figur berbicara tentang pengalaman menyakitkan, mereka memberikan kesempatan orang lain merasa tidak sendiri. Ada kekuatan dalam keberanian berbicara soal luka. - Pemulihan itu proses
Tidak instan, tidak linear akan ada hari baik dan hari sulit. Tapi terus memperbaiki diri sedikit demi sedikit adalah kemenangan tersendiri.
Kesimpulan
Pengakuan Olla Ramlan bahwa dirinya pernah tiga kali ingin mengakhiri hidup adalah momen kejujuran yang menyentuh. Namun lebih dari itu, ia memilih melangkah ke fase baru: fase syukur, memilih lingkungan yang sehat, dan memperkuat peran sebagai ibu yang berjuang bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk anak-anaknya.
Bagi siapa pun yang membaca ini dan sedang berjuang dalam kesunyian batin: kamu tidak sendiri. Luka bisa disembuhkan, dan cerita kita yang paling kelam bisa berubah menjadi kekuatan. Jika kamu punya pengalaman serupa atau ingin berbagi pesan penyemangat, tuliskan di kolom komentar — sebab kadang kekuatan terbesar adalah kita saling menopang satu sama lain.